Jakarta (ANTARA) -
Pada 15 April 2019, api melanda bangunan berusia 850 tahun yang berdiri di tepi Sungai Seine itu, hingga menghancurkan menara katedral serta atapnya.
Menurut para petugas pemadam, dalam waktu 30 menit api telah menghancurkan katedral.
Presiden Prancis Emmanuel Macron berjanji untuk membangun kembali katedral itu dalam waktu lima tahun tetapi pekerjaan restorasi itu dinilai berjalan lambat.
Penundaan renovasi disebabkan oleh timbal beracun yang yang disebabkan oleh api, kemudian ada badai musim dingin dan terakhir pandemi virus corona yang mengharuskan penutupan lokasi renovasi pada bulan Maret.
Monsinyur Patrick Chauvet selaku pengelola katedral mengatakan restorasi yang kembali dikerjakan itu telah mengikuti aturan jarak sosial, sehingga pekerjaan dapat dilanjutkan. Chauvet mengatakan ruang bilas dan ruang ganti bagi para pekerja telah dimodifikasi untuk mengurangi risiko infeksi.
"Memang benar bahwa kami telah kehilangan satu setengah bulan. Tetapi proyek ini masih berada di lini waktu untuk memenuhi tenggat 5 tahun yang ditetapkan Macron," kata Chauvet.
Baca juga: Setahun setelah terbakar, Notre-Dame kembali bunyikan lonceng
Baca juga: Miliarder Arnault donasikan Rp3,1 triliun untuk Notre-Dame
Baca juga: Kebakaran dua ikon religi, sadari kerentanan bangunan bersejarah dunia
Penerjemah: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020