19 Juni lalu, seorang pria Aborigin berusia 26 tahun asal komunitas Kirrkurra di wilayah gurun terpencil Australia Barat meninggal dunia setelah didiagnosa positif mengidap flu ini.
Menurut pejabat urusan kesehatan negara bagian Victoria, dr. Rosemary Lester, dalam penjelasan persnya, Selasa, pria asal Colac itu meninggal akibat kegagalan pernafasan pada 20 Juni malam.
Sebelum meninggal, dia sempat dilarikan ke Rumah Sakit Colac pada 19 Juni sebelum dipindahkan ke unit gawat darurat Rumah Sakit Maroondah, katanya.
Sementara itu, data Departemen Kesehatan Australia mengungkapkan, hingga Selasa malam pukul 18.30 waktu Brisbane, jumlah penderita positif flu babi di negara itu sudah mencapai 2.857 orang.
Para penderita tersebar di seluruh negara bagian dengan episentrum pandemi berada di Victoria. Di negara bagian berpenduduk sekitar 5,2 juta jiwa itu, terdapat 1.406 orang penderita.
Sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan adanya ancaman serius wabah flu babi di Meksiko, Amerika Serikat, Kanada, dan kawasan Eropa 24 April lalu, Australia termasuk diantara negara kawasan Asia Pasifik yang langsung sigap.
Kesigapan merespons ancaman wabah flu babi itu terlihat dari langkah-langkah antisipatif yang diambil pemerintah federal dan negara bagian Australia sejak keluarnya peringatan resmi WHO tersebut.
Diantara langkah antisipatif dini Australia itu adalah dengan melancarkan kampanye iklan layanan masyarakat di media massa, poster dan kartu informasi serta mengaktifkan pemakaian perangkat "thermal scanner" untuk mendeteksi suhu badan para penumpang pesawat yang tiba di delapan bandar udara internasional negara itu.
WHO mencatat, hingga 22 Juni 2009, sebanyak 52.160 orang telah positif terjangkit di 95 negara dan 231 orang lainnya meninggal dunia akibat flu ini. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009