Baghdad (ANTARA News) - Irak, Senin, meminta para imuwannya yang tinggal di luar negeri agar pulang dan menggunakan keahlian mereka untuk membantu membangun kembali ekonomi tanah air mereka setelah beberapa tahun perang.

Reuters melaporkan, selama beberapa dasawarsa Irak telah menggembar-gemborkan diri sebagai salah satu negara dengan penduduk paling terpelajar di Timur Tengah, dan pemerintah telah menghabiskan sejumlah besar uang dari kekayaan minyaknya untuk melatih orang-orangnya yang paling cemerlang, mengirim banyak orang ke luar negeri untuk belajar di berbagai universitas yang bergengsi.

Namun ribuan orang telah melarikan diri sejak terjadi sanksi ekonomi dari PBB dan pertumpahan darah sektarian yang ditimbulkan oleh serangan AS pada 2003. Kekerasan telah menurun di seluruh Irak dalam dua tahun terakhir tapi hanya sekitar 700 guru besar universitas dari semua bidang akademi yang telah kembali.

"Anda, otak Irak, adalah bagian penting dari gerakan jalan kita berada," Sadeq ar-Rikabi, penasehat politik Perdana Menteri Nuri al-Maliki, mengatakan pada awal konferensi tiga hari yang diadakan oleh Kementerian Sains dan Teknologi.

"Kami senang melihat otak itu datang kembali, dan saya mengharapkan kepulangan mereka tidak hanya untuk waktu sebentar."

Pemerintah mengatakan bahwa sebanyak 350.000 orang Irak yang tinggal di luar negeri memiliki gelar universitas. Itu adalah 17 persen dari 2 juta warga Irak yang melarikan diri ke luar negeri dalam beberapa tahun belakangan ini.

Namun banyak dari 200 ilmuwan yang menghadiri pertemuan di Baghdad itu memiliki syarat-sayarat untuk kembali ke negara tempat warga sipil masih tewas setiap hari akibat serangan senjata atau bom.

Mohammed ar-Rubaie, guru besar keahlian teknik genetika di Dublin University, mengatakan ia telah merencanakan untuk melakukan hanya kunjungan singkat.

"Kami tidak ingin kembali (untuk tinggal), tapi ada sejumlah cara," ia mengatakan kepada Reuters. "Para ilmuwan dapat diundang untuk berbagai proyek khusus guna memberikan faedah nasehat dan pengalaman mereka".(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009