Kabul (ANTARA News/AFP) - Sepuluh orang tewas Senin dalam dua seranganbom bunuh diri di Afghanistan, dimana pemberontakan yang dipimpinTaliban tampaknya memuncak menjelang pemilihan presiden, kata polisidan pejabat.

Kekerasan itu terjadi ketika pasukan Afghanistandan internasional meningkatkan upaya untuk menghalau gerilyawan darimarkas mereka, terutama di wilayah selatan dan timur negara itu untukmengamankan pemilu pada 20 Agustus.

Puluhan orang, termasuk anak-anak, cedera dalam serangan itu, sementaradua orang lain tewas dalam insiden terpisah di negara yang dilandaperang itu.

Di kota Khost, Afghanistan timur, seorang penyerang bom bunuh dirimeledakkan bom yang dipasang di sepeda-motor di depan sebuah bangunanpemerintah, kata deputi kepala kepolisian provinsi itu Yaqoub.

Kementerian dalam negeri mengatakan dalam sebuah pernyataan, tujuhwarga sipil tewas dan 31 lain cedera dalam insiden itu.

Amir Padshah Rahmatzai Mangal, direktur kesehatan masyarakat diprovinsi itu, mengatakan, tujuh dari mereka yang terluka adalahanak-anak yang berusia antara 13 dan 17 tahun. Ia sebelumnyamengatakan, lima orang tewas dalam ledakan tersebut.

Presiden Afghanistan Hamid Karzai mengutuk keras serangan di Khost itu, kata sebuah pernyatan dari kantornya.

"Dengan melakukan serangan-serangan anti-Islam dan tidak manusiawiseperti itu, teroris tidak akan mencapai apa pun selain kebencianrakyat," kata pernyataan itu mengutup Karzai.

Sebelumnya di provinsi Kandahar yang dilanda kekerasan, tiga prajuritAfghanistan tewas ketika seorang penyerang bom bunuh diri yang naiksepeda-motor menabrakkan kendarannya pada konvoi militer yangberpatroli di distrik Zahri, kata sejumlah pejabat.

Militan Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan di Kandahar itunamun belum ada klaim segera atas pemboman di Khost. Kelompok gariskeras itu melancarkan serangan-serangan semacam itu di masa silam.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkanpemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu olehinvasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpinAl-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangandi wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom-bom pinggirjalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan danpasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Taliban telah memperingatkan bahwa mereka akan meningkatkanserangan-serangan terhadap pasukan Afghanistan dan pasukaninternasional yang mendukung mereka.

Bom-bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi)mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing diAfghanistan, menurut militer.

Sekitar 70.000 prajurit asing di bawah komando NATO dan AS berada diAfghanistan sejak akhir 2001 untuk membantu pemerintah Presiden HamidKarzai memerangi Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda sekutu mereka.

Pemerintah baru AS berencana mengirim 21.000 prajurit tambahan tahunini untuk menstabilkan Afghanistan, yang dikhawatirkan sejumlahpolitikus dan analis Barat akan tergelincir ke dalam anarki.

Kelompok muslim militan itu menyatukan kekuatan lagi setelah dihalaudari Kabul dan mengobarkan pemberontakan yang paling mematikan padatahun lalu.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009