Jakarta,(ANTARA News) - Calon presiden M Jusuf Kalla mendukung penuh kebebasan pers karena itu tidak pernah mengarahkan atau menelepon media, mana berita yang boleh ditulis dan tak boleh dimuat.
"Saya pribadi tak pernah keluar dari komitmen saya terhadap kebebasan pers. Saya tak pernah telepon media, ini berita yang harus dimuat atau tak dimuat," kata Capres M Jusuf Kalla saat hadiri acara seri dialog terbuka "Komitmen capres membangun kebebasan pers," di Jakarta, Senin.
Acara tersebut diselenggarakan oleh Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI). Acara tersebut mengundang ketiga capres yang ada namun baru Capres Jusuf Kalla yang pertama hadir.
Lebih lanjut Kalla menegaskan bahwa kebebasan pers harus dihormati. Namun tambah Kalla kebebasan pers tersebut tetap harus dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam pasal 28 huruf J menyebutkan bahwa semua orang berkewajiban untuk juga tak melanggar hak orang lain dan undang-undang.
"Jangan juga alergi kalau pers juga harus bertanggungjawab," kata Kalla.
Ia menegaskan bahwa tak bisa mengatakan kebebasan tanpa batas. Kalla menegaskan bahwa semua orang punya hak yang sama. Wartawan, tambah Kalla berhak mengkritik, tapi orang lain juga punya hak untuk menyatakan berkeberatan dan sebagainya.
"Saya hanya menelepon media atau undang pemred agar jangan sekali-kali beritakan peristiwa yang berakibat buruk. Ini akan menjadi virus bagi yang lain," kata Kalla.
Kalla mencontohkan selalu memberitakan masalah kekerasan, atau bentrokan dan sebagai.
Menurut dia, media juga harus bertanggungjawab untuk memikirkan dampak dari berita yang dibuatnya. Jika akan berdampak buruk alangkah lebih baik jika dipertimbangkan.
Ketika ditanyakan kenapa selama ini dirinya tidak pernah berseberangan dengan media meskipun dikritik habis-habisan.
"Kita saling menghormati tugas pers saja. Jika saya dikritik ya kita jelaskan saja. Kita hormati tugas masing-masing. Biasa saja. Saya tak perlu tersinggung," kata Kalla.
Kalla menjelaskan pula bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki kebebasan pers terbebas di Asia.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009