Washington, (ANTARA News) - Pemimpin tertinggi Taliban Mullah Omar menegaskan ia mengontrol langsung kelompok gerilyawan itu, memerintahkan serangan dan mengganti para komandan lapangan di Afghanistan, kata surat kabar The Wall Street Journal.

Dengan mengutip para pejabat Amerika Serikat yang tidak disebutkan namanya dan para gerilyawan di Afghanistan, surat kabar tersebut memberitakan itu merupakan satu perubahan dalam strategi karena sampai sekarang, pelaksanaan perang Taliban terhadap pasukan koalisi pimpinan AS diserahkan kepada para komandan lokal.

Omar memimpin dewan pimpinan Taliban yang disebut "Shura" Quetta, memusatkan perhatian pada pencarian dana, bimbingan agama, dan nasehat strategis kepada para pejuang, kata laporan itu, seperti dikutip dari Reuters.

Tetapi sejak awal tahun ini, Omar memerintahkan sejumlah pemboman bunuh diri dan pembunuhan di Afghanistan selatan dan timur yang menandai satu tahap berdarah dimulai dalam perang Afghanistan, kata surat kabar itu.

Satu sasaran adalah Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Afghanistan Hamid Karzai, yang selamat dalam satu serangan senapan dan roket terhadap konvoi kendaraannya di Afghanistan timur 18 Mei, kata surat kabar itu.

Akan tetapi, Qari Sayid Ahmad, seorang ulama yang berhaluan moderat, ditembak hingga tewas di dekat rumahnya di Kandahar, April lalu.

Seorang komandan tingkat menengah Taliban di Afghanistan selatan dalam satu wawancara telefon mengatakan bahwa pembunuhan itu dilakukan atas perintah dari salah seorang pembantu Omar, kata laporan itu.

Dalam satu serangan yang tidak biasa dilakukan pertengahan Mei, hampir 12 pembom bunuh diri menyerang beberapa sasaran di ibukota provinsi Khost, Aghanistan timur, menewaskan sedikitnya 12 orang, tidak termasuk para pembom.

Para pejabat AS mengatakan serangan itu dilakukan atas perintah Shura Quetta, kata Journal itu.

"Ini adalah jawaban Quetta pada Obama," kata surat kabar itu, yang mengutip seorang anggota senior jaringan gerilyawan yang dipimpin Gulbuddin Hekmatyar, seorang panglima perang Afghanistan yang berjuang bersama Taliban.

Menurut surat kabar itu, ia mengacu kepada rencana pemerintah Presiden AS Barack Obama untuk mengirim pasukan tambahan 21.000 tentara ke Afghanistan dalam beberapa bulan ke depan.

Shura Quetta "tidak bersedia meletakkan senjata mereka," kata panglima perang itu dalam satu wawancara di kota Peshawar, Pakistan.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009