Zomba (ANTARA News/AFP) - Eliza Manyoza, seorang penjaja pisang di ibukota era-penjajahan Malawi, Zomba, mengatakan ia belum pernah mendengar lagu Madonna. Ia hanya tahu bintang pop Amerika itu seorang "pengadopsi" anak-anak yatim/piatu.
"Saya diberitahu ia adalah seorang wanita baik yang ingin membantu anak-anak kami," Manyoza, 39, mengatakan pada AFP, dengan bayinya yang berusia sembilan bulan terikat di punggungnya dan mengimbangi keranjang pisang di kepalanya.
Ia tahu bahwa Madonna telah mengadopsi David Banda, anak kecil yang baru belajar berjalan yang bintang itu temui di sebuah rumah panti asuhan tiga tahun lalu, tapi baru saja mempelajari keputusan Pengadilan Banding Mahkamah Agung Malawi untuk membolehkannya adopsi kedua, seorang anak perempuan bernama Chifundo "Mercy" James, yang meninggalkan Malawi Jumat untuk bergabung dengan penyanyi itu di London.
"Itu berita besar dan sangat baik mengenai dia," kata Manyoza. "Tapi berapa banyak anak yang dapat ia bawa keluar dari Malawi? Di mana orang-orang kaya Malawi yang sebaiknya mengadopsi anak-anak mereka sendiri dan tidak menyerahkan pada Madonna?"
Sentimennya menggemakan sentimen yang terdengar di sekeliling negara itu, tempat Madonna telah memicu perdebatan di seluruh dunia mengenai kegunaan adopsi internasional.
Malawi merupakan studi kasus yang kuat terutama sekali mengenai keadaan buruk anak-anak yatim/piatu. Salah satu negara paling miskin di dunia, pemerintahnya mengatakan 1,5 juta anak telah menjadi yatim atau piatu karena AIDS -- jumlah yang mencerminkam hampir 10 persen dari total penduduk.
Manyoza tinggal di daerah kumuh dan miskin Chikanda, kota gubuk di pinggiran kota kolonial Inggris itu, tempat 12 rumah panti asuhan anak yatim/piatu telah dibuka -- banyak dalam dua tahun terakhir saja. Ratusan lagi meluas melewati Malawi, negara seukuran negara bagian New York.
"Kami telah mencapai titik krisis dan Malawi tidak memiliki sumber untuk mengurus masalah itu," kata Cyrus Jeke, seorang pejabat di kementerian pengembangan wanita dan anak.
Madonna telah mendirikan yayasannya sendiri Raising Malawi, yang telah membangun sebuah hostel di Home of Hope di Mchinji -- panti asuhan anak tempat ia pertama melihat anak laki-laki yang telah diadopsinya Davi di di antara 500 anak yang dirawat di tempat itu.
Ia juga telah membangun sebuah pusat perawatan satu hari di Consol Home, yayasan amal yang mencari 10.000 anak yatim/piatu di sejumlah desa di luar ibukota administratif Lilongwe.
Aktivis hak asasi manusia Undule Mwakasungura mengeluhkan kenyataan bahwa selebritis asing yang telah melangkah untuk menimbuklkan kesadaran mengenai anak yatim/piatu.
"Adalah tanggungjawab utama negara untuk mengurus anak-anak yatim itu," ia mengatakan.
Pemerintah seharusnya menggunakan hasil pajak untuk "merawat anak-anak itu ketimbang menyerahkan mereka pada keinginan dan rencana selebritis," kata Mwakasungura, yang memimpin Komite Konsultatif Hak Asasi Manusia -- jaringan dari 85 kelompok hak asasi setempat.
Boniface Mandere, seorang pejabat badan hak asasi anak penting negara itu Eye of the Child, mengatakan Malawi memiliki sumber keuangan untuk membantu anak-anak yang mudah diserang.
"Apa yang kami kekurangan adalah kebijaksanaan mengenai bagaimana menggunakan sumber itu. Itu mengenai komitmen. Kami perlu memompa sumber lagi untuk pelayanan sosial," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009