Bengkulu (ANTARA News) - Ketua MPR Hidayat Nurwahid menegaskan, tuduhan yang menyebutkan Boediono, cawapres pasangan SBY, sebagai penganut neoliberal sama sekali tidak benar.

"Tuduhan itu tidak berdasar yang tidak lebih sebagai kampanye hitam (black campagne) dan fitnah," katanya di Bengkulu, Minggu.

Menurut dia, Boediono punya keahlian dibidang ekonomi tetapi dalam konteks mencari alternatif solusi untuk perbaikan dan keluar dari beragai masalah ekonomi.

Nurwahid sangat yakin Boediono bukan seorang neoliberal, itu kelihatan ketika menghadiri pertemuan asosiasi perbankan syariah di Jakarta, dalam kapasitasnya Gubernur Bank Indonesia.

Dalam pertemuan itu, Boediono menyatakan ditengah era krisis ekonomi global, ada satu sistem ekonomi yang tidak tergoyahkan, ada satu sistem perbankan yang bisa eksis, yakni ekonomi dan perbankan Islam.

"Boediono sangat mendukung ekonomi dan perbankan syariah yang berbasiskan Islam, itu tidak akan dilakukannya kalau memang dia penganut neolieral," katanya.

Saat Boediono menjadi Gubernur BI, kata Nurwahid, keluar UU tentang Perbankan Syariah dan UU tentang Obligasi Syariah.

Kedua UU tersebut merupakan mekanisme ekonomi, perdagangan, perbankan yang akan memudahkan hubungan Indonesia dengan negara yang berbasiskan ekonomi syariah.

"Kalau demikian sungguh jadi aneh bila ada yang menuduh Pak Boediono seorang neoliberal, karena seorang neoliberal tidak mungkin mendukung ekonomi syariah," tegasnya.

Namun demikian, tuduhan itu hendaknya dijadikan kritik yang sangat keras agar Boediono betul-betul berpihak pada kepentingan bangsa dan negara Indonesia serta masyarakat.

"Tuduhan itu biasa terjadi. Saat pemilu atau pemilihan presiden (Pilpres) memang sering muncul kegiatan-kegiatan black campagne dan fitnah," ujarnya.

Ia berharap, pada Pilpres kali ini akan lebih baik dibandingkan pemilu legislatif lalu yang banyak fitnah, manipulasi, kecurangan dan kampanye hitam.

"Marilah kita berkampanye memenangkan capres dengan cara-cara yang lebih terhormat dan bermartabat," ujarnya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009