Jakarta (ANTARA News) - Nilai ekspor buah-buahan Indonesia ke sejumlah negara di Asia, khususnya ASEAN dan Timur Tengah dalam setahunnya mencapai 240 juta dolar AS.

"Meski tidak begitu besar, namun prospek sejumlah komoditas buah-buahan kita sudah punya pangsa pasar di luar negeri," kata Direktur Tanaman Buah dan Hortikulutura Departemen Pertanian RI, Wini Dian Wibawa usai membuka ajang Citrus Holiday Festival 2009 di Taman Wisata Mekarsari Cileungsi, Bogor, Minggu.

Menurut dia, komoditas buah-buahan unggulan yang punya pasar di luar negeri di antaranya manggis, mangga, melon dan semangka yang saat ini tinggi permintaan dari sejumlah negara, di antaranya melon dan semangka ke Malaysia, Singapura dan Hongkong.

Selain itu, kata dia, buah salak yang kini sangat kompetitif disukai masyarakat negara China, setiap pekannya di ekspor 15 ton salak.

"Memang untuk menembus pasaran di China ini kami menjajaki selama dua tahun, karena sulitnya persyaratan yang diberlakukan negara tersebut," katanya.

Pemerintah China, kata Wini, awalnya memberikan persyaratan yang harus dilakukan dengan mengirimkan tim audit pemeriksaan yang datang langsung melihat kebun salak yang akan di kirim ke negara itu.

"Salak tidak boleh sembarangan kebunnya harus diregistrasi artinya mutu buahnya, cara pengemasan dan lainnya harus tercatat," katanya.

Sedangkan untuk impor, jelas Wini, untuk impor memang sekitar tiga persen kebutuhan buah di pasaran berasal dari luar negeri terutama yang perkembangannya di Tanah Air kurang begitu bagus.

Menurut dia, impor itu masih didominasi buah pir, apel dan urutan ketiga buah jeruk khususnya jenis mandarin sebanyak 80 ribu ton/tahun.

"Buah jeruk ini memang menjadi tantangan untuk kita yang mayoritas dikenal di masyarakat," katanya

Ia mengatakan, ke depan pemerintah berupaya mengembangkan jeruk keprok yang yang banyak di daerah Soe (NTT), Garut (Jabar) dan Baru (Jatim) untuk bisa menggantikan jeruk siem yang selama ini masih mendominasi pasaran dalam negeri.

Produksi jeruk di Indonesia, sebanyak 2,5 juta ton/tahun diantaranya sekitar 85 persen jenis siem yang banyak dihasilkan seperti Medan (Sumut) dan Pontianak (Kalbar).

"Jadi jeruk Keprok ini juga nantinya diprogramkan untuk menguasai pasar dalam negeri, untuk menyaingi jeruk Mandarin yang punya kesamaan sifat dan rasa," jelas dia.

Sementara pakar buah, Reza Tirtawinata mengatakan varietas jeruk banyak sekali belum terhitung puluhan di Tanah Air, bahkan Indonesia merupakan negara terkaya dalam keanekaragaman jenis.

Ia mengatakan, salah satu jeruk yang ada di Indonesia tidak dimiliki negara lain yaitu jenis jeruk liar hanya ditemukan di pantai Jepara, Jawa Tengah

"Jeruk itu itu dicari oleh para ahli jeruk dunia, karena dia punya daya tahan terhadap penyakit," katanya.

Jadi Taman Wisata Mekarsari mengoleksi untuk disilangkan dengan jeruk yang sudah komersialkan menghasilkan sifat-sifat tahan terhadap hama dan penyakit

Jeruk itu, tambah dia, belum ada nama lokalnya, sehingga perlu diidentifikasi dan diusulkan sebuah nama ilmiah untuk dibakukan , bentuknya kecil sekali seperti melinjo pohonnya berduri-duri, tahan kering dan tahan hama penyakit.

Menurutnya, jeruk itu justru dicari para ahli jeruk dunia, sedangkan Indonesia yang mempunyai keunggulan ini justru belum melakukan apa-apa, hanya baru mengoleksi saja dan program pemuliaan itu membutuhkan waktu 5-10 tahun, baru bisa masuk ke dalam jeruk-jeruk komersial.

"Upaya ini dilakukan supaya kita berkebun jeruk itu semua tahan serangan hama meski rasanya pahit, tapi yang penting bukan rasa adalah ketahanan terhadap hama dan penyakit," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009