Jakarta (ANTARA News) - Hasil survei Pusat Kajian dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) pada 4-11 Juni 2009, menunjukkan bahwa pelaksanaan pemilihan presiden (pilpres) 8 Juli 2009 bisa berlangsung satu putaran atau dua putaran, karena masing-masing pasangan capres masih berpotensi meningkatan suaranya.
Direktur Eksekutif Puskaptis Husin Yazid kepada pers di Jakarta, Minggu, mengatakan, survei persepsi terhadap pilpres 2009 pada 4-11 Juni menyebutkan, pasangan Mega-Pro memperoleh 22,17 persen suara responden, pasangan SBY-Boediono mendapatkan 52,15 persen dan pasangan JK-Win memperoleh 17,20 persen, sedang yang belum menentukan pilihan 8,48 persen.
Survei tersebut mengambil 2.888 responden usia 17 tahun ke atas dan pernah menikah di 33 provinsi, menggunakan metode wawancara tatap muka dengan kuesioner, dengan tingkat kesalahan maksimal 3 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Sedangkan, survei yang sama pada 11-17 Mei 2009 menunjukkan, pasangan Mega-Pro memperoleh 24,26 persen suara, SBY-Boediono (57,39 persen), JK-Win (12,37) persen, dan yang belum menentukan pilihan 5,98 persen.
Menurut Husin, dua hasil survei itu menyebutkan bawa dua pasangan yakni Mega-Pro dan SBY-Boediono mengalami penurunan suara, sedang pasangan JK-Win mengalami kenaikan, sehingga dalam minggu ke depan, pasangan SBY-Boediono harus gencar sosilisasi visi dan misi melalui iklan politik dan menggerakkan "mesin politik" melalui parpol pendukung, relawan dan tim sukses, agar pilpres berlangsung satu putaran dengan potensi kenaikan suara lebih dari 52,15 persen.
Namun, jika sosialisasi visi dan misi serta "mesin politik" pasangan SBY-Boediono tidak maksimal mengkampanyekan, maka suara diperkirakan akan menurun 3-5 persen, akan berpotensi pilpres berlangsung dua putaran karena suara SBY-boediono berpotensi di bawah 50 persen.
"Penurunan suara dalam survei Puskaptis bagi pasangan SBY-Boediono antara lain disebabkan, kurang solidnya kinerja mesin politik dari partai-partai pendukung SBY-Boediono, khususnya di luar Partai Demokrat, serta adanya isu negatif soal bagi pasangan ini," kata Husin.
Sedangkan, survei menunjukkan pasangan JK-Win mengalami tren kenaikan dari 12,37 persen pada Mei menjadi 17,20 persen pada Juni, karena faktor iklan politik melalui radio, tv dan pemasangan iklan politik di luar ruang, seperti baliho dan spanduk di jalan, sehingga diprediksi pasangan JK-Win berpotensi naik 3-5 persen suara pada dua minggu ke depan.
Penurunan pasangan Mega-Pro, kata Husin, antara lain akibat kurangnya gencarnya iklan politik baik di media tv, radio dan iklan di luar ruangan seperti spanduk dan baliho di jalan, sehingga menjadi pekerjaan rumah bagi "masin politik" parpol, relawan, dan tim sukses Mega-Pro untuk meningkatkan iklan politik agar suaranya naik dalam dua minggu ke depan.
Dalam survei itu, juga ditanyakan alasan responden memilih pasangan capres-cawapres yakni 51,12 responden memilih visi dan misi, 37,35 persen memilih figur dan hanya 11,53 persen responden yang meilih karena latar belakang partai, serta 78,52 persen reponden sudah mantap memilih pilihannya, 12,11 persen masih mungkin berubah dan 9,38 persen tidak menjawab.
Sementara itu, pengamat politik Mufijar menambahkan, responden telah memiliki kedewasaan dalam memilih pasangan capres, yakni tidak mempersoalkan latar belakar asal suku dan asal profesi seperti dari sipil atau militer.
Survei tersebut menyebutkan, yag memilih latar belakang capres dari Jawa hanya 6,36 persen, dari luar Jawa 2,73 persen dan memilih sama saja 90,91 persen, sedangkan capres berlarbelakang profesi sipil dipilih 6,36 persen, berlatar belakang militer (35,45 persen) dan menyatakan sama saja (58,18 persen).
Dua artis terkenal yang hadir pada acara itu yakni Lilis Karlina (penyanyi dangdut) dan Andi Soraya (artis sineteron) menyatakan senada yaitu mendukung siapa pun capres yang terpilih dalam pilpres 8 Juli 2009 dengan harapan capres terpilih mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009