Purbalingga (ANTARA News) - Perajin kompor minyak tanah di Purbalingga, Jawa Tengah tidak lagi memproduksi kompor sejak konversi minyak tanah ke gas elpiji di wilayah tersebut
"Saya terpaksa beralih profesi membuat perangkat dapur lantaran sudah nggak ada pesanan kompor minyak tanah," kata Purwanto, perajin kompor di Desa Munjul, Kecamatan Kutasari, Purbalingga, Minggu.
Sejak adanya konversi, kata dia, sejumlah toko menghentikan pasokan sehingga produksi kompor minyak tanah pun terpaksa dihentikan.
Padahal sebelum adanya konversi, lanjutnya, dalam sebulan mampu memproduksi sekitar 1.000 unit kompor minyak tanah.
"Saya saat ini hanya memproduksi perangkat dapur seperti loyang, dandang, panci, dan sebagainya," kata dia menegaskan.
Menurut dia, hal itu dilakukan agar tetap bisa memenuhi kebutuhan rumah tangganya termasuk 15 karyawannya.
Meski demikian, dia mengaku saat ini sedang mengerjakan pesanan berupa kompor minyak kelapa sawit sejumlah 100 unit yang akan dipasarkan di wilayah Kalimantan dan Sulawesi.
Selain itu, dia juga menerima pesanan berupa kompor briket batu bara dan kompor biji jarak meski tingkat kesulitan pembuatannya lebih tinggi dibanding kompor minyak tanah.
Secara terpisah, Kepala Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Purbalingga, Mukodam mengatakan, pihaknya menyarankan perajin kompor minyak tanah melakukan divesifikasi produk agar tetap bisa bertahan meski harus menambah modal.
"Jika perajin kesulitan dalam menambah modal, mereka bisa memanfaatkan fasilitas subsidi bunga yang telah disiapkan Pemerintah Kabupaten Purbalingga," katanya.
Di Purbalingga terdapat sebanyak 11 unit produksi kompor minyak tanah dengan total aset sebesar Rp93 juta dan omzet produksi mencapai Rp383 juta.
Namun sejak adanya konversi minyak tanah ke gas, industri yang mampu menyerap puluhan tenaga kerja tersebut banyak yang kolaps. (*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009