Blitar (ANTARA) - Haul (peringatan wafat tahunan) ke-39 proklamator Ir. Soekarno (Bung Karno) di Gedung perpustakaan Bung Karno Blitar, Sabtu malam, tampak steril dari ajang kampanye Pemilu Presiden (Pilpres) 2009.
ANTARA dari Blitar melaporkan rangkaian haul mulai sambutan Ketua Panitia Pelaksana Haul ke-39 Bung Karno, Kasmiadi, hingga sambutan keluarga besar Bung Karno yang diwakili oleh Beni Sumarno (suami Rachmawati Sukarnoputri), tak satu pun yang menyinggung pilpres.
Bahkan, sambutan Wali Kota Blitar, Djarot Syaiful Hidayat, serta keluarga Bung Karno, agaknya lebih banyak untuk mengenang jasa-jasa sang proklamator dalam melahirkan negara Indonesia serta kiprahnya dalam politik dalam negeri dan luar negeri.
Wali Kota Blitar, Djarot Syaiful Hidayat mengatakan, dalam peringatan haul Bung Karno tahun ini ada dua keistimewaan yakni bertepatan dengan hari wafatnya Bung Karno pada Ahad kliwon dan menjelang digelarnya pilpres.
"Semua capres dan cawapres merujuk pada pemikiran `Tri Sakti`-nya Bung Karno, tapi realiasinya belum maskimal," katanya.
Ke depan, katanya, Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang tegas dan berani menolak atau berkata tidak terhadap intervensi bangsa lain dalam hal apapun, termasuk dalam mengelola sumber daya alam (SDA) yang cukup besar untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Bung Karno, katanya, sudah mengingatkan, Tuhan telah menyediakan SDA melimpah bagi bangsa Indonesia dan pengelolaannya tergantung pada putra-putri bangsa Indonesia sendiri tanpa tergantung pada bangsa lain.
Sementara itu, Beni Sumarno (suami Rachmawati Soekarnoputri) yang mewaliki keluarga besar Bung Karno mengatakan, dari dulu hingga sekarang, khususnya para politikus, sering dan bahkan senang mendengungkan karya dan karsa dari Bung Karno, namun dalam praktiknya hanya dijadikan pelajaran kuno sebagai pembuktian sejarah.
Semua pihak, katanya, termasuk para elite politik kalau mampu memahami dan mendalami secara luas ajaran-ajaran Bung Karno pasti akan lebih menghargai sejarah.
"Bagaimana dampak kalau kita melupakan sejarah, tak terkecuali sejarah budaya sendiri yang semakin terkikis seperti sekarang ini," tegasnya.
Menurut dia, dengan menjadikan haul Bung Karno sebagai tradisi tahunan, paling tidak bangsa Indonesia bisa mengenang kembali sejarah bangsa dan kemerdekaan Indonesia yang diperoleh dengan tetesan darah dan air mata.
Acara puncak haul ke-39 Bung Karno diakhiri dengan pengajian akbar oleh K.H. Marzuki di kawasan perpustakaan Bung Karno di desa Bendogerit.
Selain Wali Kota Blitar, tampak hadir pula Bupati Blitar Heri Nugroho, dan beberapa putri Bung Karno, yakni Rachmawati Soekarnoputri dan Sukmawati Soekarnoputri.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009