Jakarta (ANTARA) - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Tallatov meminta pemerintah untuk meningkatkan kapasitas rapid test atau tes cepat agar wabah virus Corona baru atau COVID-19 dapat segera ditekan.
Abra mengatakan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan lebih efektif dan cepat menekan penyebaran COVID-19 jika sejalan dengan ditingkatkannya tes cepat kepada masyarakat terutama yang berada di zona merah.
“Kalau kita lihat laporan gugus tugas COVID-19 setiap sore penambahan kasus itu masih tinggi di atas 300 orang jadi khawatir dengan PSBB ini tidak cukup kuat untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19,” katanya dalam diskusi publik secara daring di Jakarta, Senin.
Baca juga: Analis: saham BUMN lebih sulit pulih dari dampak COVID-19
Abra menyatakan jika perkembangan wabah COVID-19 berhasil ditekan maka aktivitas masyarakat akan pulih kembali sehingga perekonomian tanah air dapat perlahan normal dan membaik.
Ia mencontohkan beberapa negara yang telah mengalami pemulihan seperti China khususnya di Wuhan, Italia, Vietnam, dan Prancis mulai membuka lockdown sehingga ekonominya perlahan pulih.
“Nah khawatir ketika negara lain sudah mulai recovery tapi kita masih dihadapi masalah COVID-19 nanti kita ketinggalan,” ujarnya.
Menurut Abra jika Indonesia tidak mencapai masa pemulihan dalam waktu dekat maka berpotensi kehilangan peluang untuk mendapat investor karena mereka lebih memilih negara-negara yang telah pulih terlebih dahulu.
Baca juga: Faisal Basri kritik proyeksi IMF terkait pertumbuhan ekonomi 2021
“Saya khawatir kalau ekonomi dunia sudah mulai rebound, investor itu nanti akan melakukan realokasi ke mereka jadi malah Indonesia ditinggalkan,” katanya.
Oleh sebab itu, Abra menuturkan pemerintah harus segera menentukan kebijakan yang lebih tegas dalam rangka menekan perkembangan wabah COVID-19 termasuk dengan mengevaluasi penerapan PSBB.
“Harapannya PSBB bisa dievaluasi dan dilakukan langkah yang lebih tegas sehingga terukur kapan kurva penyebaran COVID-19 kita bisa melandai karena sekarang kita belum tahu,” katanya.
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020