Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTSI) Budi Djatmiko memperkirakan semakin banyak mahasiswa yang putus kuliah karena terdampak pandemi COVID-19.
"Saya kira, akan semakin banyak yang putus kuliah. Hampir setiap hari, saya menerima laporan terkait hal itu," ujar Budi saat dihubungi dari Jakarta, Senin.
Baca juga: APTISI minta pemerintah agar bantu mahasiswa dari PTS kecil
Menurut dia, mahasiswa yang paling banyak terdampak adalah mahasiswa yang kuliah di Perguruan Tinggi Swasta (PTS) kategori kecil. Hal itu dikarenakan berasal dari keluarga tidak mampu, yang terganggu perekonomiannya karena pandemi COVID-19.
Laporan yang ia terima, PTS yang terdampak paling banyak di Pulau Jawa, yakni Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
"Karena di wilayah itu paling banyak kasus positif COVID-19, sehingga pemerintah daerahnya sangat protektif, masyarakatnya tidak bekerja dan tidak mendapatkan penghasilan. Secara umum, Pulau Jawa memiliki masalah besar," katanya.
Kesulitan yang dialami mahasiswa tersebut, kata dia, berdampak langsung pada operasional PTS yang mengandalkan SPP dari mahasiswa. "Kondisi itu dialami PTS kecil, yang persentasenya sekitar 75 persen hingga 80 persen dari jumlah perguruan tinggi di Tanah Air," ujarnya.
Baca juga: APTISI minta Mendikbud tidak hanya mendengar masukan dari PTN
Baca juga: APTISI : Izin perguruan tinggi asing tak tepat
APTISI sudah meminta rektor PTS untuk memberikan kemudahan pada mahasiswa yang berasal dari golongan tidak mampu. Apalagi saat ini, mahasiswa sedang menghadapi ujian akhir semester.
"Saya sudah meminta rektor-rektor untuk memperbolehkan mahasiswanya yang kesulitan keuangan, untuk tetap mengikuti ujian secara daring. Namun, sekarang ada kendala, yakni mahasiswa kesulitan membeli kuota internet dan untuk PTS kecil infrastruktur pembelajaran daringnya belum lengkap," katanya.
Untuk itu, Budi meminta pemerintah untuk turun tangan membantu mahasiswa tidak mampu, serta PTS kecil yang saat ini juga terdampak COVID-19.
Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020