Kalau ditemukan ada yang positif, kami lakukan penanganan lebih lanjut

Bogor (ANTARA) - Sekitar 350 orang penumpang kereta commuter line (KRL) menjalani tes swab di Stasiun Bogor di Kota Bogor untuk menggambarkan kondisi penumpang KRL sekaligus mendeteksi kemungkinan penyebaran COVID-19.

Tes swab dilaksanakan oleh tim gabungan dari PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, Labkesda Provinsi Jawa Barat, serta Dinas Kesehatan Kota Bogor, di Stasiun Bogor, Senin.

Pegawai Stasiun Bogor dan penumpang KRL yang menjalani tes swab tampak duduk mengantre di dalam lobi stasiun, dengan jarak fisik yang sudah disesuaikan dengan aturan "social distancing".

Kepala Bidang Perkeretaapian Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, Iskandar Iqbal, mengatakan, tes swab terhadap 350 orang yang merupakan penumpang KRL dan pegawai stasiun Bogor bertujuan mendeteksi kemungkinan penyebaran COVID-19 di dalam KRL.

"Dari tes swab massal ini, kita harapkan dapat menggambarkan kondisi penumpang KRL yang ada," katanya.

Menurut Iskandar, tes swab ini sangat diperlukan untuk mendeteksi adanya penyebaran COVID-19 di antara penumpang maupun petugas di dalam KRL.

Baca juga: Lima kepala daerah Bodebek kembali usulkan pemberhentian KRL

Baca juga: Luhut: Pengguna KRL nanti diminta laporkan tujuan bepergian

Baca juga: Kabupaten Bogor kekurangan tenaga medis

"Kalau ditemukan ada yang positif, kami lakukan penanganan lebih lanjut. Tes swab yang dilakukan hari ini, kita harapkan dalam waktu 3-4 hari, sudah ada hasilnya," katanya.

Divisi Pelacakan Kontak dan Deteksi Dini Gugus Tugas Covid-19 Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menambahkan, dari 350 orang yang menjalani tes swab, di bagi menjadi dua kelompok, yakni 300 penumpang KRL serta 50 pegawai stasiun yang berhubungan langsung dengan penumpang.

Dari sekitar 300 penumpang KRL, kata dia, dibagi menjadi dua kelompok lagi yakni sekitar 200 penumpang berusia 50 tahun ke atas serta 100 penumpang berusia di bawah 50 tahun.

"Kami memprioritaskan kepada penumpang berusia 50 tahun ke atas dengan pertimbangan, memiliki risiko terpapar COVID-19 lebih tinggi, apalagi yang sudah memiliki penyakit bawaan," katanya.

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2020