Jakarta (ANTARA News) - Dewan Perwakilan Rakyat Kota New York, Amerika Serikat, setuju memasukkan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha sebagai kalender hari-hari libur sekolah di kota itu seperti Natal pada agama Kristen dan Yom Kippur dalam agama Yahudi.
"Alhamdulillah, dengan suara mayoritas, hanya satu suara yang menentang, resolusi tersebut diterima secara mutlak. Hari Kamis, 18 Juni 2008, merupakan hari bersejarah bagi komunitas muslim di Kota New York," kata anggota Dewan Muslim Kota New York asal Indonesia Syamsi Ali yang menghubungi Antara di Jakarta, Jumat.
Imam Masjid Indonesia di New York ini mengungkapkan, proses menjadikan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha sebagai hari libur tersebut melewati masa yang lama.
Sekitar dua tahun lalu, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha, Kota New York mengadakan jajak pendapat di mana anak-anak Muslim harus memilih antara sekolah atau salat Idul Adha.
Sejak itu, masyarakat muslim membentuk koalisi besar untuk hari-hari libur muslim atau Coalition for Muslim Holidays, yang tidak saja beranggotakan komunitas Muslim, tapi juga berbagai organisasi non Muslim.
Keterlibatan non Muslim ini adalah hasil dari upaya menjembatani hubungan antar komunitas.
Beberapa waktu lalu diadakan perdebatan umum yang diikuti publik di Dewan Kota New York, dimana sejumlah rabbi dan pastor mendukung usulan liburnya Idul Adha dan Idul Fitri, kata Syamsi yang pernah dinobatkan sebagai tokoh Muslim paling berpengaruh di Kota New York oleh media setempat.
Ia menjelaskan, resolusi tersebut pertama kali disponsori anggota DPRD Robert Jackson dari Bronx yang adalah satu-satunya anggota DPRD New York.
Berkat kepemimpinannya di Komisi yang membawahi pendidikan dan budaya, serta dorongan dari aktivis Koalisi Hari-hari Libur Muslim itu, akhirnya mayoritas anggota DPRD mendukung, termasuk para penganut agama Yahudi.
"Pada akhirnya resolusi ini akan diajukan ke meja walikota untuk disahkan menjadi peraturan kota. Insya Allah kita optimistis walikota akan mensahkan resolusi tersebut," kata Syamsi yang berasal dari Makassar itu.
Kalangan muslim di Kota New York sedang merancang strategi untuk melobi walikota, termasuk menghubungkan dukungannya dengan pemilihan walikota mendatang.
Walikota New York Michael Bloomberg yang merupakan seorang Yahudi berniat maju kembali menjadi calon walikota periode ketiga setelah Dewan Kota mengubah pembatasan walikota dalam dua periode.
"Bagi kami, ini sejarah yang akan dicatat dalam perkembangan Kota New York. Keberhasilan ini juga merupakan indikasi bahwa Islam dan Muslim di AS semakin mendapat pengakuan," ujarnya.
Satu dari setiap 10 warga kota New York adalah muslim, persinya antara 800.000 hingga sejuta orang, sementara jumlah masjid mencapi 200-an.
Syamsi menungkapkan, warga muslim New York ini terlibat dalam segala sendi kehidupan, termasuk kepolisian dan pendidikan. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009