"Rencananya akan ada penurunan bea impor hingga lima persen, sehingga nantinya harga susu impor akan lebih murah dari susu lokal," kata seorang peternak sapi perah yang tergabung dalam Koperasi Usaha Peternakan dan Pemerahan (UPP) Hargobinangun, Sarijani, di sela peresmian tiga kandang sapi percontohan, di Sleman, Jumat.
Menurut dia, harga susu produksi peternak di Sleman bisa dihargai Rp3.150/liter atau bila kualitasnya belum memenuhi persyaratan yang diajukan oleh pabrik, seperti PT Sari Husada, harga beli dari peternak bisa berkurang hingga Rp2.750/liter.
Apabila rencana pengurangan bea impor susu tersebut direalisasikan, Sarijani memperkirakan, harga susu impor bisa lebih murah yaitu Rp3.000/liter, bahkan bisa kurang lagi tetapi dengan kualitas yang lebih baik.
"Dari segi kualitas, susu impor memang lebih baik dari susu lokal, khususnya menyangkut angka kumannya," katanya.
Ia menyatakan, produksi susu dari peternak lokal masih memiliki angka kuman sekitar 3 juta per cc dengan kapasitas produksi seekor sapi adalah sekitar 10 liter/hari.
"Pabrik selalu meminta agar angka kuman dari hasil produksi susu peternak lokal lebih ditekan, atau kurang dari 3 juta per cc," katanya.
Menurut dia, kualitas susu hasil produk peternak lokal masih belum mampu bersaing dengan susu impor karena masih banyaknya peternak lokal yang beternak secara tradisional, sehingga kebersihan kandang, kualitas pakan sapi dan juga kesehatan sapi belum terjaga dengan baik.
Harga konsentrat, sebagai pakan sapi yang mampu meningkatkan produksi susu masih dirasa cukup mahal bagi sebagian peternak.
"Banyak peternak yang masih takut memberi pakan konsentrat karena menganggap harga yang dikeluarkan tidak sesuai dengan pemasukan yang didapat. Padahal konsentrat adalah juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas susu," katanya.
Peternak membeli konsentrat dengan harga berkisar Rp1.550/kg, dan rata-rata dari satu kilogram konsentrat dapat menghasilkan dua liter susu.
Sementara itu, anggota tim peningkatan mutu susu yang berasal dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Bugi Rustamadji menyatakan kualitas susu di Jawa Tengah dan DIY masih memprihatinkan terutama dari angka kumannya yang masih berkisar antara 1-11 juta per cc.
Berdasarkan penilaian Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ditetapkan dua tahun lalu, angka kuman adalah kurang dari satu juta per cc. "Tetapi angka tersebut sulit dicapai, karena angka kuman kurang dari 3 juta per cc saja belum bisa terpenuhi 100 persen," katanya. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009