Jakarta (ANTARA News) - Penambahan telepon genggam (handphone) di Indonesia diprediksi mencapai 20 juta unit per tahun, kata Direktur Industri Telematika Departemen Perindustrian, Ramon Bangun di Jakarta, Jumat.
Dengan tingginya kebutuhan akan telepon genggam tersebut, Indonesia sangat sulit menghentikan masuknya HP murah dari luar negeri seperti dari China yang kini membanjiri pasar dalam negeri.
"Sepanjang kebutuhan kita besar sedangkan produksi dalam negeri masih sedikit maka barang impor dari luar akan masuk terus," kata Ramon.
Saat ini Indonesia telah mampu memproduksi HP seperti HP MadeInd dan Yuwon, namun produksinya masih sangat terbatas. HP MadeInd baru diproduksi sekitar dua juta unit.
"Karena permintaan lebih tinggi dari produksi maka sisanya ditutup dengan impor," jelas Ramon.
Menurut dia, pasar telefon genggam di Indonesia masih akan bertumbuh pesat seiring dengan makin luasnya jaringan operator seluler yang mencakup seluruh wilayah Nusantara, baik di perkotaan maupun pedesaan.
Dua operator seluler terkemuka di Indonesia yaitu Indosat dan Telkomsel terus menambah investasi di bidang infrastruktur dan jaringan dalam rangka memberi kemudahan bagi warga untuk berinteraksi.
"Operator sudah pasti akan terus melakukan investasi sebab jika tidak begitu konsumen tentu tidak akan menggunakan lagi produknya dan beralih ke produk baru yang lebih berkualitas," papar Ramon.
Ramon memperkirakan, penambahan nomor telefon genggam baru di Indonesia mencapai sekitar 60-70 juta dari yang beredar saat ini sekitar 110 juta dan yang aktif sekitar 80 juta.
Menyangkut kelayakan pasar produk telefon genggam produksi China, Ramon mengatakan Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) telah menetapkan sebuah standar kualitas.
Setiap barang (telefon genggam) yang masuk ke Indonesia harus didaftarkan untuk dicek apakah memenuhi persyaratan standar kualitas.
Jika memenuhi standar kualitas akan diberikan sertifikat tanda lulus agar bisa dipasarkan di dalam negeri.
"Sebagai negara yang ikut dalam organisasi perdagangan dunia (WTO) kita tidak diperkenankan memproteksi barang impor. Justru sebaliknya kita dituntut menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat," kata Ramon.
Ia berharap industri telefon genggam di dalam negeri terus bertumbuh dalam merebut pangsa pasar lokal yang selama ini dikuasai produk impor.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009