Mogadishu (ANTARA News/AFP) - Menteri keamanan Somalia termasuk diantara 20 orang yang tewas Kamis dalam serangan bom bunuh diri yang menurut para pemimpin dilakukan oleh kelompok yang berhubungan dengan Al-Qaeda.
Ledakan yang terjadi di sebuah hotel di kota Beledweyne dekat perbatasan Ethiopia itu menewaskan Menteri Omar Hashi Aden dan 19 orang lain, termasuk beberapa pejabat pemerintah dalam rombongannya, kata sejumlah pejabat.
Pembunuhan itu terjadi setelah bentrokan-bentrokan sengit Rabu antara gerilyawan Islamis dan pasukan pemerintah yang menewaskan sedikitnya 26 orang di Mogadishu, termasuk komandan polisi di ibukota Somalia itu.
Gerilyawan muslim garis keras Al-Shebab mengatakan, salah seorang pejuang jihadnya melakukan serangan bunuh diri itu.
"Salah seorang mujahidin kami pergi dengan mobil yang membawa peledak ke sebuah bangunan dimana orang murtad dan anggota lain kelompoknya mengadakan pertemuan," kata jurubicara Al-Shebab, Sheikh Ali Mohamoud Rage, kepada wartawan di Mogadishu.
"Orang-orang murtad itu dilenyapkan, mereka semua tewas dalam serangan bunuh diri itu," katanya.
Presiden Somalia Sharif Sheikh Ahmed menyalahkan serangan itu pada teroris asing yang tidak ingin bendera Somalia berkibar di negaranya.
Sharif, seorang moderat, berulang kali memperingatkan risiko Al-Qaeda membentuk sebuah "zona strategis" bagi jaringannya di Somalia, melalui dukungannya bagi Al-Shebab.
Di negara tetangga Kenya, Perdana Menteri Somalia Omar Abdirashid Sharmarke mengutuk "aksi pengecut yang dilakukan oleh teroris yang bersekutu dengan Al-Qaeda".
"Orang Somalia tidak memiliki pengalaman melancarkan serangan ini, ini adalah pekerjaan orang asing," katanya, dengan menyerukan bantuan internasional untuk menopang pasukan pemerintah.
Abdi Sheikh Guled, seorang sesepuh di Beledweyne, mengatakan kepada AFP, jumlah kematian telah mencapai 20, yang menurutnya mencakup "pejabat-pejabat tinggi pemerintah dan aparat keamanan yang menjaga menteri itu". Sekitar 30 orang juga cedera dalam serangan tersebut, kata beberapa pejabat.
Hampir 300 orang tewas dan lebih dari 122.000 warga kehilangan tempat tinggal sejak Al-Shebab meningkatkan kekerasan untuk menggulingkan pemerintah Sharif pada awal Mei, sehingga jumlah pengungsi di dalam negeri itu mencapai 1,3 juta jiwa, kata PBB.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.
Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk serangan-serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan, intelektual dan prajurit Ethiopia.
Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut.
Pemerintah sementara telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan sejumlah tokoh oposisi, namun kesepakatan itu ditolak oleh Al-Shabab dan kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.
Washington menyebut Al-Shabab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.
Selain pemberontakan berdarah, pemerintah Somalia juga menghadapi rangkaian perompakan di lepas pantai negara itu.
Pemerintah transisi lemah Somalia tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.
Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.
Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009