Jakarta (ANTARA News) - Kepala Divisi Bisnis Bank Saudara Denny N. Mahmuradi mengatakan Bank Saudara masih menunda "right issue" hingga waktu yang belum ditentukan.

"Mengenai `right issue`, kita memang kondisinya sedang menunda dan kita sudah melaporkan ke Bappepam," ujarnya di Jakarta, Kamis.

Menurut rencana, ia menambahkan, Bank Saudara akan melakukan "right issue" sebesar Rp150 miliar pada Juni ini, namun kondisi dan situasi perekonomian belum menunjukkan kestabilan.

Dari alokasi dana "right issue" tersebut, menurut Denny, sebanyak 65 persen akan digunakan untuk ekspansi bisnis yaitu untuk memberi kredit, 20 persen untuk investasi pembukaan cabang baru dan sisanya sebanyak 15 persen digunakan untuk kebutuhan teknologi informasi.

Ia juga menjelaskan, pada 2010 Bank Saudara akan membuka cabang baru. "Karena pada 2009 ini kita menahan diri hanya memperkuat konsolidasi dan bisnis yang sudah ada dan ini dilakukan karena krisis yang belum dapat diprediksi," ujarnya.

Menurut Direktur Bisnis dan Operasi Bank Saudara Yanto M Purbo, dari "right issue" sebesar Rp150 miliar, Arifin Panigoro sebagai pemegang saham terbanyak memiliki komitmen sebesar 60 persen.

"Tapi tidak menutup kemungkinan kalau ada pemegang saham atau investor dari luar yang kira-kira bisa bersinergi dengan kita," ujarnya.

Ia menjelaskan, "right issue" tetap diutamakan untuk pemegang saham yang "existing" tapi tidak menutup kemungkinan datangnya investor dari luar.

Bank Saudara, Yanto menambahkan, mempunyai modal sebesar Rp150 miliar dengan "total equity" sebanyak Rp200 miliar dan dengan "right issue" diharapkan dana yang ada bisa bertambah hingga Rp300 miliar.

Bank yang berkantor pusat di Bandung ini memiliki laba sekitar Rp37,9 miliar dengan aset sebanyak Rp1,97 triliun pada 2008 kemarin dan menduduki jajaran peringkat 11 untuk penilaian kategori bank dengan aset dibawah Rp1 triliun.

Hingga bulan Mei 2009, total kredit Bank Saudara adalah aset sebesar Rp2,1 triliun kemudian untuk perkreditan dengan LDM sekitar 85 persen adalah Rp1,6 triliun dan BPK sekitar Rp1,9 triliun.

Bank Saudara yang menjadi bank devisa pada 2008 ini mempunyai target pertumbuhan pada 2009 sebanyak 22 persen, dan hingga awal Juni target yang terlampaui baru hanya sekitar enam hingga delapan persen.

Sementara itu, Kepala Divisi Internasional and Transactional Banking Bank Saudara Sadhana Priatmadja mengatakan, terkait dengan krisis ekonomi, Bank Saudara akan fokus pada pembiayaan perdagangan dalam negeri karena ekspor keluar negeri sedang menurun.

"Kita akan fokus pada pembiayaan perdagangan dalam negeri ketika melakukan transaksi sambil menunggu kondisi perekonomian dunia membaik, sehingga dapat meningkatkan ekpor Indonesia," ujarnya.

Ia mengatakan, saat ini untuk melakukan ekspor sangat sulit karena pembelinya bermasalah akibat krisis ekonomi dan mengharapkan Bank Saudara dapat mencari nasabah yang benar-benar memiliki jiwa eksportir, karena belum memiliki nasabah seperti itu sehingga, untuk saat ini, semua transaksi keluar negeri lebih ke perdagangan komersil trading.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009