Brisbane (ANTARA News) - Debat calon presiden putaran pertama yang disiarkan satu stasiun tv, Kamis malam, mendapat perhatian anggota masyarakat Indonesia di Australia.
Mereka umumnya mengikut debat itu lewat salah satu laman nternet www.imediabiz.tv. Tidak hanya menyaksikan debat Capres Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Jusuf Kalla yang dipandu Rektor Universitas Paramadina Jakarta, Anies Baswedan, itu tetapi juga mengomentari penampilan ketiganya lewat ruang "chatting".
Di antara para warga negara Indonesia yang menyaksikan acara yang berlangsung dari pukul 19.00 hingga 21.00 WIB atau pukul 22.00 hingga 24.00 waktu Brisbane itu adalah M.Harris Effendi, dosen FKIP Universitas Jambi yang sedang mengambil program studi doktoral di Universitas Queensland (UQ).
M.Haris Effendi mengatakan, ia menyambut baik diselenggarakannya acara debat para capres ini sehingga masyarakat Indonesia di manapun berada berkesempatan menyerap visi, misi, dan rencana program dari masing-masing pasangan capres-calon wakil presiden (cawapres) yang akan bertarung di Pilpres 8 Juli 2009.
"Saya rasa ini bagus. Ini kan baru putaran pertama. Jadi wajar saja kalau ketiga capres masih kelihatan malu-malu. Menurut saya, jawaban para capres atas pertanyaan moderator masih standar," katanya.
Dalam acara debat putaran-putaran berikutnya pada 23 Juni hingga 2 Juli mendatang, moderator diharapkan bisa lebih menghangatkan jalannya debat para capres dan cawapres ini, katanya.
Putaran kedua debat capres akan berlangsung pada 25 Juni dengan tema "Mengentaskan Kemiskinan dan Pengangguran" (moderator Aviliani), putaran ketiga disiarkan pada 2 Juli dengan tema "NKRI, Demokrasi dan Otonomi Daerah" (moderator Prof.Dr.Pratikno).
Adapun debat para cawapres hanya berlangsung dua putaran, yakni 23 Juni dan 30 Juni.
Pada putaran pertama, para cawapres berdebat tentang "pembangunan jati diri bangsa" dengan moderator Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, dan terakhir pada 30 Juni bertemu di bawah moderator Dr. dr. Fahmi Idris. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009