Singapura (ANTARANews) - Harga minyak menguat di perdagangan Asia pada Kamis, dengan minyak mentah New York bertahan di atas 71 dolar AS per barel menyusul penurunan tajam cadangan minyak mentah AS dan berlanjutnya kerusuhan di Iran dan Nigeria.
AFP melaporkan, kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Juli, naik 15 sen menjadi 71,18 dolar AS per barel.
Minyak mentah "Brent North Sea" untuk penyerahan Agustus naik satu sen menjadi 70,86 dolar AS per barel.
Para analis mengatakan, penurunan tajam persediaan minyak mentah AS menunjukkan meningkatnya permintaan di Amerika Serikat, konsumen energi terbesar dunia.
Laporan mingguan Departemen Energi AS (DoE) yang dirilis Rabu, menunjukkan stok minyak mentah AS jatuh untuk dua pekan berturut-turut, 3,9 juta barel, jauh lebih tajam dari prediksi para analis.
Akan tetapi, harga tertekan turun oleh lebih besarnya dari perkiraan kenaikan stok bensin AS, yang mengindikasikan buruknya permintaan bahan bakar mintak pada saat orang-orang Amerika banyak melakukan perjalanan untuk libur musim panas.
Stok bensin naik 3,4 juta barel pekan lalu, kata Badan Informasi Energi pemerintah AS (EIA), jauh melampui konsensus banyak analis yang meramalkan naik 300.000 barel.
"Secara keseluruhan, permintaan bahan bakar minyak di AS masih lemah. Total pasokan bahan bakar minyak dalam empat pekan hingga 12 Juni, 6,0 persen di bawah level setahun terdahulu," kata Commonwealth Bank of Australia.
Phil Flynn dari Alaron Trading yang berbasis di AS mengatakan, meski terjadi rebound dalam pembangunan perumahan AS pada Mei, sektor industri masih terguncang "hampir cukup membuat anda ngeri."
Di produsen minyak Iran, oposisi akan menggelar protes pada Kamis pagi untuk meningkatkan tekanan terhadap yang berwenang atas perselisihan dalam pemilihan presiden.
Beberapa analis mencemaskan kerusuhan dan dugaan campur tangan asing akan mendorong pemerintah Iran memangkas pasokan minyaknya atau mencoba menutup Selat Hormuz, sebuah gerbang lalulintas utama tanker-tanker minyak.
Di Nigeria, eksportir minyak utama Afrika, para militan mengatakan mereka telah menghancurkan pipa minyak utama milik Royal Dutch Shell sebagai kampanyenya melawan perusahaan-perusahaan minyak asing.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009