London (ANTARA News) - Media-media internasional pada hari Rabu menyatakan akan menerobos larangan mengenai laporan dari jalanan di Iran dengan memanfaatkan arus surat elektronik, pesan "Twitter" dan saluran telefon dari orang di dalam negeri tersebut.

"Revolusi itu mungkin takkan ditayangkan televisi di Iran, tapi itu mungkin dapat salurkan," kata pemakai yang menggunakan nama "kaplanmyrth" dalam satu pesan singkat yang mengalir ke saluran Iranelection di "Twitter", seperti dilaporkan AFP.

Pemerintah Iran menuduh sebagian media asing menjadi "corong perusuh", Rabu, segera setelah demonstrasi oleh pendukung calon presiden yang kalah Mir Hossein Mousavi, yang menginginkan pemilihan umum baru.

Karena media asing kini dilarang turun ke jalan guna melaporkan akibat dari pemilihan umum rusuh, sangat banyak orang memanfaatkan apa yang disebut isi yang digerakkan oleh pemakai.

Bersama laporan yang dikumpulkan dari koresponden di Iran, yang sering menggunakan nama palsu, surat kabar dan jaringan Internet mencetak kembali email, isi saluran telefon, dan pesan dari "Twitter" dan laman jaringan sosial "Facebook".

BBC, yang berpusat di London dan dilarang memiliki koresponden di Iran, menerima lebih dari 4.000 surat elektronik dan ratusan telefon dari Iran setiap hari.

Setelah secara seksama menganalisis isinya untuk memilih yang dapat dipercaya, media tersebut menyiarkannya kembali bagi pemirsa yang lebih luas di Iran.

Sadeq Saba, pengulas senior di BBC Persian, mengatakan, "Kami menerima rekaman video, kami menerima email, telefon dan pesan teks, bukan hanya dari Teheran tapi juga dari kota besar lain di seluruh negeri itu. Jadi kami menerima gambaran mengenai apa yang sedang terjadi dari luar Teheran."

Saba mengatakan ia telah berbicara dengan satu "sumber yang dapat dipercaya" di kota Rasht, Iran, Rabu pagi, banyak orang telah berkumpul guna berunjuk-rasa dan menuntut pembatalan hasil pemilihan umum, yang telah menjadi tuntutan nasional bagi pendukung Mir Hossein Mousavi.

"Tetapi ia juga memberitahu saya bahwa Basiji (milisi pro-pemerintah) memasuki tempat tertentu di kota tersebut sehingga menebar ketakutan dan sebagian di antara mereka bersenjata.

"Mereka merupakan lembaga yang benar-benar ditakuti dan itu adalah salah satu alasan mengapa demonstrasi itu tidak seluas semestinya," katanya.

Seperti banyak organisasi media internasional, surat kabar The Times mengirim seorang koresponden guna meliput pemilihan umum Jumat lalu tapi ia harus meninggalkan negeri tersebut ketika masa berlaku visa 10 harinya habis pada Senin.

Redaktur luar negeri Richard Beeston mengatakan kepada AFP, "Sejak itu, sudah ada dua atau tiga orang yang bekerja buat kami, orang asing dan orang Iran."

"Kami tidak menggunakan nama mereka yang sesungguhnya karena pemerintah telah menjelaskan bahwa mereka akan ditangkap atau surat izin mereka akan dicabut," katanya.

The Times juga memiliki orang Iran yang berpusat di London dan memantau "Twitter" serta "Facebook".(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009