Rawalpindi, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Polisi Pakistan mengatakan, Rabu, mereka telah menangkap tiga orang yang dituduh merencanakan serangan bunuh diri di dekat Islamabad, sementara seorang keempat dari kelompok yang terkait dengan Al-Qaeda ditangkap di Karachi.
Pakistan dilanda gelombang serangan bom mematikan dalam beberapa pekan terakhir ini, dan situasi keamanan berada pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, di tengah kekhawatiran mengenai kekerasan lebih lanjut oleh gerilyawan Taliban yang berusaha membalas operasi militer terhadap mereka.
"Polisi telah menangkap tiga tersangka teroris beserta peledak dan jaket bom bunuh diri di Rawalpindi," kata seorang pejabat kepolisian senior di kota garnisun yang bertetangga dengan Islamabad itu.
Seorang pejabat lain kepolisian di Rawalpindi mengkonfirmasi penangkapan tersebut dan mengatakan, ketiga orang itu tampaknya berencana melancarkan serangan-serangan di kota itu.
Kedua pejabat tersebut tidak memberikan penjelasan terinci lebih lanjut atau mengungkapkan jati-diri orang-orang yang ditangkap itu dengan alasan hal itu akan membahayakan penyelidikan.
Di kota pusat ekonomi wilayah selatan, Karachi, polisi menyerbu sebuah rumah dan menangkap seorang pria yang dituduh merencanakan serangan di kota pelabuhan itu.
"Kami telah menangkap satu orang Rabu pagi dan menyita dua kilogram peledak dan sebuah senapan dari pria itu," kata pejabat kepolisian Raja Umer Khitab kepada AFP.
"Ia anggota kelompok sektarian terlarang terlarang Lashkar-e-Jhangvi," katanya, dengan menambahkan bahwa satu tersangka lagi berhasil melarikan diri.
Lashkar-e-Jhangvi dianggap sebagai yang paling keras diantara kelompok-kelompok Sunni garis keras yang memiliki hubungan dengan Al-Qaeda, dan diketahui telah melancarkan serangan-serangan terhadap minoritas muslim Syiah sejak kelompok itu dibentuk pada 1996.
Pria yang ditangkap itu, yang diidentifikasi sebagai Irfan Islam, terlibat dalam "sejumlah pembunuhan sektarian" dan melakukan kontak dengan militan di daerah suku bergolak Waziristan Utara di perbatasan dengan Afghanistan, kata Khitab.
Lebih dari 1.995 orang tewas dalam serangan-serangan yang berkaitan dengan Taliban di Pakistan sejak Juli 2007, hampir 170 orang diantaranya tewas sejak militer melancarkan ofensif di kota-kota besar yang mencakup Islamabad, Peshawar dan Lahore.
Kawasan suku Pakistan dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.
Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan Pakistan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.
Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.
Daerah suku Pakistan, khususnya Lembah Swat, dilanda konflik antara pasukan pemerintah dan militan Taliban dalam beberapa waktu terakhir ini.
Sekitar 1.500 militan dikabarkan tewas dalam ofensif yang diluncurkan di distrik-distrik Lower Dir pada 26 April, Buner pada 28 April dan Swat pada 8 Mei. Ofensif itu mendapat dukungan dari AS, yang menempatkan Pakistan pada pusat strateginya untuk memerangi Al-Qaeda.
Swat dulu merupakan daerah dengan pemandangan indah yang menjadi tempat tujuan wisata namun kemudian menjadi markas Taliban.
Perjanjian yang kontroversial antara pemerintah dan ulama garis keras pro-Taliban untuk memberlakukan hukum Islam di sebuah kawasan di Pakistan baratlaut yang berpenduduk tiga juta orang seharusnya mengakhiri pemberontakan Taliban yang telah berlangsung hampir dua tahun.
Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani mendesak rakyat Pakistan bersatu melawan kelompok ekstrim, yang menurutnya mengancam kedaulatan negara itu dan yang melanggar perjanjian perdamaian tersebut dengan melancarkan serangan-serangan.
Para pejabat PBB mengatakan, sekitar 2,4 juta orang mengungsi akibat pertempuran itu -- sebuah eksodus yang menurut kelompok-kelompok hak asasi merupakan perpindahan terbesar penduduk di Pakistan sejak negara itu terpisah dari India pada 1947.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009