Padang (ANTARA News) - Arus pendek pada jaringan listrik generator untuk penerangan di dalam lobang tambang batu bara diduga menjadi pemicu ledakan di kawasan penambangan batu bara Ngalau Sagik, Kota Sawahlunto, Sumatra Barat, Selasa.
"Diduga ledakan dipicu arus pendek listrik generator pada jaringan listrik di dalam lobang," kata Indra Yosef, mantan karyawan PT Tambang Batu Bara Bukit Asam (TBA) Ombilin, Sawahlunto kepada ANTARA di lokasi kejadian Ngalau Sagik Sawahlunto, Selasa malam.
Ia menyebutkan, arus listrik itu selain untuk lampu penerangan dalam lobang juga untuk mengaktifkan alat untuk membawa batubara yang telah ditambang dari dalam lobang ke permukaan tanah.
Ia menduga, telah terjadi arus pendek pada jaringan listrik dalam tambang yang menimbulkan percikan api lalu menyambar gas methan yang mudah terbakar dan meledak.
Menurut dia, gas methan dalam lobang tambang batubara sulit dideteksi karena tidak berbau dan berwarna sehingga diduga kuat telah menyambar percikan dari arus pendek jaringan listrik generator.
Namun penyebab pasti ledakan itu masih dalam penyelidikan pihak berwajib, tambahnya.
Tambang batu bara itu meledak Selasa sekitar pukul 10.00 WIB menyebabkan sedikitnya 38 orang pekerja terperangkap dalam lobang pada kedalaman puluhan meter di bawah permukaan tanah.
Kecelakaan kerja itu juga menyebabkan 14 pekerja yang berada di luar lobang tambang ikut menjadi korban akibat semburan material tanah dan api setinggi sekitar 50 meter yang ditimbulkan oleh ledakan itu.
Meski telah menurunkan tim SAR gabungan dan dari Brimob namun pencarian tetap dipandu tim SAR lokal dan para pekerja tambang yang lebih mengetahui kondisi dalam lobang yang memiliki banyak jalur itu.
Tim pencari bersama masyarakat masih melakukan pencarian hingga Selama malam, karena diperkirakan masih ada 27 pekerja yang terperangkap dalam lobang.
Hingga Selasa malam, baru ditemukan dan dievakuasi sembilan korban yang tewas dari dalam lobang dan sembilan korban lainnya menderita luka bakar dirawat di RS Sawahlunto dan RSUP M Djamil Padang.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009