London (ANTARA News/AFP) - Harga minyak naik kembali di atas 71 dolar AS pada Selasa waktu setempat, karena dolar melemah dan kerusuhan politik di produsen minyak mentah utama Iran dan Nigeria, kata para analis.
Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Juli, meningkat 1,20 dolar AS menjadi 71,82 dolar AS per barel.
Minyak mentah "Brent North Sea" untuk penyerahan Agustus naik 1,32 dolar AS menjadi 71,56 dolar AS. Kontrak Juli berakhir pada Senin.
Harga menguat karena mata uang tunggal Eropa melonjak terhadap dolar di tengah berita bahwa keyakinan investor di ekonomi Jerman naik untuk delapan bulan berjalan.
Dolar yang melemah cenderung meningkatkan permintaan terhadap minyak mentah yang dihargakan dalam dolar, karena komoditas tersebut menjadi lebih murah untuk pembeli yang memegang mata uang lebih kuat.
"Adalah masih penting untuk tetap menjaga memantau dolar," kata analis Andrey Kryuchenkov dari VTB Capital di London.
"Untuk saat ini ... (pasar minyak) dapat tetap tenang sampai Rabu sore ketika data energi AS diumumkan," tambahnya.
Laporan mingguan cadangan energi AS merupakan faktor utama karena Amerika Serikat adalah merupakan negara konsumen minyak terbesar dunia, diikuti oleh China.
Sementara itu, kerusuhan di Iran dan Nigeria masih tetap poin fokus poin penting bagi para pedagang, menurut analis komoditas Commerzbank Eugen Weinberg.
"Selain dari China, peminat minyak, yang digabung dengan ... melemahnya dolar AS, maka risiko geopolitik mendasari pengarah pasar," kata Weinberg.
"Kerusuhan politik menyusul pemilihan presiden di Iran dan serangan bom pada kilang minyak di Nigeria merupakan bahan peledak campuran untuk pasar minyak."
Penjaga pemilihan Iran mengatakan pada Selasa, ia siap untuk menceritakan dengan semangat sengketa suara presiden, terkait berlanjutnya protes setelah tujuh orang meninggal di pertempuran jalanan.
Republik Islam ini adalah produsen minyak mentah kedua terbesar di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) setelah tokoh Arab Saudi.
Tahap yang telah ditetapkan berikutnya, kemungkinan berlanjutnya konfrontase, karena Presiden Mahmoud Ahmadinejad dan pendukung saingannya yang kalah Hossein Mousavi, keduanya menyerukan untuk bersatu dalam pencurahan terbesar dari kemarahan publik sejak revolusi Islam 1979.
Sementara itu, ketegangan di Nigeria tetap tinggi, setelah militan di Delta Niger pada Senin mengklaim bertanggungjawab atas serangan terhadap fasilitas yang dijalankan oleh raksasa minyak AS Chevron.
Gerakan untuk kemerdekaan Delta Niger (MEND) juga mengancam untuk memperluas operasinya di luar Delta Negara ke wilayah lain di kawasan selatan yang kaya minyak.
Harga minyak merosot tajam pada Senin karena dolar menguat dan pedagang mengambil keuntungan dari beberapa kenaikan belakangan ini.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009