Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan, pemerintah akan menjaga harga minyak goreng berada di kisaran Rp8.000-Rp9.000 per liter sepanjang 2009 ini.

"Kita harap kisarannya (harga minyak goreng) antara Rp8.000 sampai Rp9.000 per liter," kata Mendag usai penjualan Minyakita di Kelurahan Pela Mampang, Jakarta Selatan, Selasa.

Saat ini harga minyak goreng mulai turun karena harga minyak sawit mentah (CPO) juga mulai turun dan kurs rupiah terhadap dolar AS menguat sehingga ekspor kurang menguntungkan.

Harga rata-rata nasional minyak goreng curah pada 15 Juni 2009 turun Rp43 per kg yaitu dari Rp9.812 per kg (Rp8.920 per liter) menjadi Rp9.796 per kg (Rp8.880 per liter).

Selain itu, produksi CPO juga mulai naik dan mencapai puncaknya pada September nanti. "Ini saat produksi belum maksimal, puncaknya baru September. Ini juga yang nantinya akan mempengaruhi menstabilkan harga sehingga tidak melonjak tinggi," tambah Mendag.

Mendag memperkirakan, harga CPO dan minyak goreng akan mencapai keseimbangan baru karena permintaan ekspor CPO dari China dan India kembali meningkat.

Sementara itu, faktor kebijakan dalam negeri seperti program Kepedulian Sosial Perusahaan dengan program penjualan Minyakita dengan harga Rp7.000 per liter akan membantu menekan harga minyak goreng di dalam negeri.

Program itu bertujuan untuk memperkenalkan minyak goreng kemasan murah sehingga masyarakat beralih dari konsumsi minyak goreng curah yang harganya tidak stabil karena praktek spekulasi.

"Tujuannya mengalihkan (dari minyak curah) ke kemasan juga bagian dari supaya harga bisa lebih stabil. Bisa dilihat kalau harga kemasan selama ini stabil, bahkan waktu harga naik dia tidak ikut naik," ujarnya.

Mendag menilai, CPO saat ini, tidak akan terpengaruh pergerakan harga minyak bumi dunia yang diprediksi bisa mencapai 100 dolar AS per barel.

"Menurut saya sudah tidak ada link antara minyak crude dengan minyak CPO karena isu bio fuel seperti tahun lalu sudah berkurang. Harga CPO lebih banyak ditentukan oleh supply dan demand," tambahnya. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009