Teheran (ANTARA News/AFP) - Seorang pemrotes dilaporkan tewas ditembak oleh polisi di Teheran, Senin, ketika massa dalam jumlah besar membangkang larangan berpawai untuk menentang pemilihan kembali Mahmoud Ahmadinejad yang berhaluan keras sebagai presiden.
Seorang wartawan foto setempat mengatakan, pemrotes itu tewas dalam bentrokan dengan polisi di sebuah lapangan di Teheran. Tembakan-tembakan terdengar, sementara asap hitam tebal membubung ke angkasa, dan kerumanan orang terlihat meninggalkan daerah itu.
Kekerasan meletus setelah saingan Ahmadinejad yang kalah, Mir Hossein Mousavi, muncul di depan umum untuk pertama kalinya sejak pemilihan itu, yang telah memecah-belah penduduk dan menyulut gelombang protes dan kerusuhan.
Iran, yang sedang berusaha mengatasi salah satu krisis terburuk sejak revolusi Islam tiga dekade lalu, menghadapi kecaman internasional atas keabsahan pemilu itu dan penindasan protes oposisi yang terjadi sesudahnya.
"Insya Allah, kami akan merebut kembali hak-hak kami," teriak Mousavi dari atap sebuah mobil di tengah lautan massa Iran, muda dan tua, yang memadati Teheran pusat meski pihak berwenang memerintahkan larangan terhadap pawai.
Gedung Putih telah mengungkapkan keprihatinan atas pemilu Iran itu, sementara Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon menyatakan bahwa kehendak rakyat Iran harus "dihormati sepenuhnya".
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memerintahkan penyelidikan atas tuduhan-tuduhan kecurangan pemilu setelah Ahmadinejad mencapai kekusaaan lagi dengan kemenangan besar dalam pemungutan suara itu, yang membuyarkan harapan Barat mengenai perubahan dalam kebijakan domestik dan luar negeri di negara yang kaya minyak itu.
Televisi pemerintah mengatakan bahwa Khamenei, pemimpin spritual sangat berkuasa di republik Islam itu, memberi tahu Mousavi bahwa ia telah memerintahkan badan pengawas Dewan Wali "untuk memeriksa secara cermat" keluhan-keluhannya.
Mousavi (67) menyampaikan permnohonan resmi Minggu bagi pembatalan hasil pemilu yang disebutnya curang dan telah menyulut kerusuhan terburuk di negara muslim Syiah itu dalam satu dasawarsa.
Demonstran, beberapa diantaranya memakai kain warna hijau ciri kampanye Mousavi, memadati Teheran pusat, sementara polisi antihuru-hara mengawasi mereka. Seorang polisi mengatakan, antara 1,5 dan dua juta orang mengambil bagian dalam aksi tersebut.
Jika kematian itu dikonfirmasi, maka pemrotes itu merupakan korban tewas pertama sejak pemilu tersebut.
Mantan presiden reformis Mohammad Khatami, pendukung utama Mousavi yang digantikan oleh Ahmadinejad pada 2005, juga ingin hasil pemilihan tersebut dibatalkan dan pemilu baru diadakan, kata saudaranya.
Seorang jurubicara Dewan Wali yang beranggotakan 12 orang mengatakan, mereka akan mengumumkan keputusan dalam waktu 10 hari.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009