Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, mengatakan bahwa pemerintah Indonesia bisa menekan utang luar negeri, di antaranya dengan meningkatkan pendapatan dari tax base (pajak) dan berhemat pada pengeluaran yang tidak perlu.
"Kita dapat meningkatkan tax base dan berhemat, namun semuanya itu menjadi percuma bila birokrasi kita terlalu gemuk," kata Faisal dalam peluncuran buku Cawapres Boediono di Jakarta, Senin.
Menurutnya, jumlah utang Indonesia sekarang tinggal 32 persen dari jumlah utang ketika awal krisis moneter 1998 lalu.
"Itu membuktikan pemerintah sudah mampu mengelola utang, namun jumlahnya harus lebih ditekan," ujarnya.
Utang bagi Indonesia, menurutnya, tidak dapat dihindari karena negara-negara besar juga melakukannya karena ekonomi itu berfluktuasi.
"Karena ekonomi berfluktuasi maka penerimaan suatu negara juga menurun, namun pengeluaran pasti meningkat, disinilah utang dibutuhkan karena tidak mungkin gaji diturunkan dan raskin tidak dibagikan," lanjutnya.
Indonesia, menurutnya, kondisinya lebih stabil dan karena itu jangan sampai terjebak apa yang dinamakan perangkap utang
"Kalau tidak berhutang, saya tidak melihat jalan jangka pendek untuk mengatasinya," ujarnya.
Manakala pendapatan short fall, itulah fungsi dari berutang dan utang dilihat sebagai instrumen fiskal untuk menyelamatkan perekonomian.
Pemerintah yang sekarang, tambahnya, hanya mengelola utang yang diwariskan pemerintahan terdahulu, padahal utang baru dalam pemerintahan juga makin banyak tapi semua itu masih dalam kondisi stabil.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009