Yogyakarta, (ANTARA News) - Rancak bunyi musik jaipong terdengar dan Sri yang sudah berdandan cantik lengkap dengan kebaya warna hijau muda cerah dipadu selembar selendang di pundaknya pun lantas menggerakkan tangan dan pinggul mengikuti musik yang mengalun.
Penonton yang memenuhi arena pun bertepuk tangan melihat lenggak-lenggok Sri yang tampil apik di atas pentas dan seakan menyihir seluruh penonton untuk tetap mengarahkan pandangannya pada sosok cantik di depan mereka.
Meski Sri dengan luwes memeragakan tarian Jaipong, namun ketiga "pengawal" Sri tampak tegang di belakang panggung sambil terus berharap Sri tidak membuat kesalahan dengan keluar dari arena panggung yang telah ditetapkan oleh juri.
Ya, Sri adalah satu dari 12 robot yang akan mengikuti pertandingan di kategori Kontes Robot Seni Indonesia (KRSI) tingkat nasional yang digelar di Grha Sabha Pramana, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sabtu (13/6).
"Saya sempat khawatir jika Sri keluar dari garis lingkaran yang sudah ditetapkan juri karena berarti kami harus mengulangnya dari tengah arena," kata ketua tim pembuat Sri, Arif Darmawan di sela-sela kontes robot nasional.
Sri adalah robot "humanoid" (dibuat dengan kondisi fisik menyerupai manusia) hasil karya mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS).
Sri, begitulah robot yang dibuat dalam waktu sekitar enam bulan itu dinamakan karena dianggap terdengar lebih sederhana dan merupakan nama perempuan Jawa seperti asal daerah dari mahasiswa yang membuatnya.
"Kami baru pertamakali ini membuat robot yang bisa menari. Dan pada awalnya sulit untuk memulainya, baik dari sisi mekanik, perangkat keras dan perangkat lunaknya," kata Arif.
Arif dan dua temannya --Ahmad Rozak dan Sugeng Priyono-- dibantu seorang dosen pembimbing mengaku harus rajin-rajin mencari bahan dari internet yang bisa dijadikan acuan dalam membuat robot yang bisa menari.
"Misalnya, bagaimana cara menyambung sendi-sendi tangan atau kaki supaya memiliki derajat kebebasan yang baik sehingga bisa bergerak dengan luwes," katanya.
Arif menangani bagian pemrogramannya, Ahmad menangani bagian mekanikanya dan Sugeng mendapat bagian untuk menangani mekatroniknya.
"Kami juga terinspirasi dari Jepang yang sudah mampu membuat robot dengan gerakan-gerakan yang luwes," katanya.
Sri akan bergerak secara otomatis saat detektor suara yang dipasang dalam badannya menangkap suara musik jaipong dan akan berhenti secara otomatis bila musik jaipong itu berhenti.
"Jenis gerakan akan disesuaikan dengan tinggi rendahnya nada musik jaipong yang dibunyikan," katanya.
Namun, membuat robot seperti Sri membutuhkan dana yang tidak sedikit, yaitu sekitar Rp25 juta dan juga energi ekstra untuk memikirkan algoritma pemrograman serta bahan robot yang akan digunakan.
Arif menyatakan, robot yang bisa menari adalah sebuah terobosan baru dalam kontes robot karena selama penyelenggaraannya, robot yang dipertandingkan selalu bergerak dengan kaku. "Kategori ini akan membuat semakin banyak orang yang tertarik dengan robot," lanjutnya.
Ia berharap, robot penari tersebut dapat dikembangkan untuk kepentingan yang lebih jauh seperti penari atau dalam penggunaan rumah tangga.
Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Prof. Dr. Ir. Suryo Hapsoro Tri Utomo yang membuka secara resmi kontes robot nasional 2009 menyatakan bahwa kegiatan tersebut tidak hanya ditujukan untuk membangkitkan atmosfer dan kreativitas dalam bidang teknologi tetapi juga di bidang seni.
"Bangsa kita ini membutuhkan pemimpin-pemimpin yang berpikiran kreatif serta inovatif di masa yang akan datang," katanya.
Ia juga menyatakan keyakinannya mahasiswa Indonesia mampu melakukan inovasi di bidang robot.
Pada kontes robot nasional 2009 tersebut akan diperlombakan tiga jenis kategori yaitu Kontes Robot Indonesia (KRI), Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) dan Kontes Robot Seni Indonesia (KRSI).
Sebanyak 24 tim akan tampil di KRI, 33 tim peserta KRCI dan 12 tim peserta KRSI. KRCI kemudian dibagi dalam empat divisi, yakni 21 tim kategori wheeled, 9 tim kategori leeged, 9 tim kategori expert single, dan 16 tim kategori expert battle. Secara keseluruhan, jumlah anggota tim termasuk pembimbing adalah 412 orang, yang berasal dari 48 perguruan tinggi dan 5 nonperguruan tinggi.
Sementara itu, dewan juri berasal dari beberapa perguruan tinggi di Indonesia, yaitu, ITB, ITS, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), UI, dan UGM.
Pemenang dari kategori KRI akan mengikuti kontes robot internasional ABU Robocon di Tokyo, Jepang, Agustus mendatang.(*)
Oleh Oleh Eka Arifa Rusqiyati
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009