“Dari pengalaman seperti di Semarang, Bogor, maka tenaga medis kita di NTT perlu lebih hati-hati terutama terhadap orang tanpa gejala terkait COVID-19,” katanya dalam keterangan yang diterima di Kupang, Kamis.
Ia mencontohkan, puluhan tenaga medis di Semarang, Jawa Tengah yang terpapar COVID-19 dari orang tanpa gejala, demikian pula di Bogor.
Hal tersebut terjadi karena masyarakat yang datang ke fasilitas kesehatan tidak jujur menyampaikan terkait penyakit dan riwayat perjalanannya, katanya.
“Yang saya takutkan seperti itu, kalau tidak hati-hati dengan orang tanpa gejala maka kasihan tenaga medis saat ini,” kata wakil rakyat dari daerah pemilihan NTT itu.
Baca juga: DPRD NTT: libatkan dunia usaha bantu karyawan terdampak COVID-19
Untuk itu, Melkiades Laka Lena berharap agar masyarakat di NTT bisa terbuka menyampaikan riwayat perjalanan dan kondisi penyakitnya ketika memeriksakan kesehatannya.
Ia mengatakan, untuk mendeteksi gejala penyakit COVID-19 tidak mudah karena banyak orang yang justru tanpa memiliki gejala penyakit tersebut.
Untuk itu pendekatan antisipatif di NTT harus berbeda dibandingkan dengan hanya berpatokan pada angka bahwa yang positif COVID-19 masih hanya satu orang.
Menurut dia, penanganan wabah COVID-19 di NTT juga masih dengan pola normal bahwa karena masih satu orang yang positif dan semua pihak berharap eskalasinya tidak meningkat.
“Kami juga masih menunggu karena belum ada alat pemeriksaan PCR jadi tampaknya masih santai, tetapi pengalaman seperti di Jakarta banyak orang tanpa gejala ini yang perlu diwaspadai” kata Ketua DPD Partai Golkar NTT itu.
Baca juga: Polda NTT-TNI dirikan dapur lapangan untuk warga terdampak COVID-19
Baca juga: Jam operasional Bandara El Tari Kupang dikurangi mulai 24 April
Baca juga: Penumpang pesawat asal Timor Leste akan dijemput Konjen RDTL
Baca juga: NTT siapkan dana desa Rp957 miliar bantu warga terdampak COVID-19
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2020