Bogor (ANTARA News) - Panglima Komando Operasi (Pangkoops) I TNI AU Marsekal Muda Imam Sufaat membenarkan bahwa empat dari tujuh penumpang helikopter jenis Puma SA 330 yang jatuh pada Jumat siang meninggal dunia.

Setelah dua teknisi yakni Serka Catur Edy dan Sertu Dody meninggal dunia di tempat kejadian, dua korban lainnya yang menghembuskan nafas terakhir adalah pilot Mayor (Pnb) Sobiq Fanani, kopilot Lettu (Pnb) Wisnu, katanya kepada wartawan di Lanud ATS, Jumat malam.

Helikopter jenis Puma SA 330 dengan nomor registrasi H3306 dari Skadron 8 Pangkalan TNI-AU (Lanud) Atang Sendjaja (ATS) Bogor jatuh pada Jumat siang. "Pilot dan kopilot meninggal dunia di rumah sakit (RS) Atang Sendjaja," ia menjelaskan.

Imam Sufaat menjelaskan kronologis peristiwa itu dengan menyatakan bahwa helikopter itu sedang melakukan uji fungsi (test flight), setelah enam bulan sebelumnya helikopter itu mengalami kerusakan pada "automatic pilot".

Kemudian atas kerusakan itu dilakukan perbaikan di Bandung, dan setelah itu dibawa ke Lanud ATS untuk uji fungsi.

Sebenarnya, kata dia, uji fungsi dilakukan dua kali, yakni pertama pada Jumat pagi semuanya berjalan baik dan lancar. Lalu, dilakukan tes lagi setelah salat Jumat.

"Namun saat mau `landing`, tiba-tiba pesawat `swing` dan kemudian jatuh," katanya dan menambahkan bahwa pada saat masih berada di bawah kondisi pesawat baik dan laik terbang.

Mengenai korban yang meninggal dunia, akan disemayamkan dulu di rumah korban di komplek perumahan Lanud ATS, sedangkan untuk pemakaman akan dirundingkan dengan keluarga.

Ia menambahkan bahwa helikopter tersebut buatan tahun 1978 dan sudah melaksanakan berbagai tugas di berbagai daerah di seluruh Indonesia.

Dengan meninggalnya empat penumpang dimaksud, korban luka yang masih dirawat berjumlah tiga orang yakni Letda Ronny, Serka Efran, dan Serka Ferdinan yang masih dalam perawatan di RS ATS.

Sementara itu, ANTARA yang berada di Lanud ATS melaporkan bahwa hingga Jumat malam pukul 19.00 WIB, keluarga korban mulai berdatangan ke RS ATS.

Namun, para wartawan masih belum mendapatkan akses untuk mewawancarai keluarga karena ketatnya pengamanan dari petugas Lanud ATS.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009