Jakarta, (ANTARA News) - Pengamat dan konsultan politik, Sukardi Rinakit, mengkhawatirkan kebebasan berekspresi di Indonesia kembali terancam, sehubungan komentar beberapa kalangan atas monolog seniman Butet Kertaradjasa saat Deklarasi Pemilu Presiden (Pilpres) Damai, Rabu (10/6) lalu.
"Kasus Butet ini menyadarkan kita, bahwa kebebasan berekspresi bisa terancam," katanya di Jakarta, Jumat.
Dalam acara Deklarasi Pilpres Damai, setiap pasangan capres dan cawapres diberikan kesempatan untuk mempertunjukkan kesenian selama 10 menit dan menyampaikan orasi politik selama 10 menit.
Sebagai capres dan cawapres nomor urut satu, pasangan Mega-Prabowo mendapat kesempatan pertama dengan menampilkan kesenian tari dari wilayah Purbalingga, yang selanjutnya dirangkai dengan permainan alat musik angklung.
Namun, kemudian Butet Kertaradjasa muncul dan mengatakan ia mewakili pasangan Mega-Prabowo. Ia lalu melayangkan beberapa kritik tentang kondisi negara, tidak terkecuali terhadap kinerja KPU sebagai penyelenggara pemilu.
Sukardi Rinakit mendesak semua elemen bangsa agar mewaspadai upaya sementara kalangan meredam kebebasan berekspresi sebagai dinamika warna-warni untuk menyemarakkan demokrasi.
"Selain itu saya, Sukardi Rinakit, mohon dukungan teman-teman aktivis, pers dan elemen kebangsaan lainnya, untuk menyebarkan semangat Pemilu Presiden (Pilpres) dua putaran", kata mantan Direktur Eksekutif `Sugeng Sarjadi Syndicate` (SSS) ini.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009