Blantyre (ANTARA News/AFP) - Pengadilan tertinggi Malawi, Jumat, dijadwalkan memutuskan apakah bintang musik pop Amerika, Madonna, dapat mengadopsi anak kedua dari negara miskin di Afrika selatan itu, kata seorang pejabat pengadilan.
Madonna ingin mengadopsi Chifundo James, yang berusia tiga tahun dan namanya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris jadi "Mercy", tapi satu pengadilan rendah menghalangi permohonan bintang Amerika tersebut, dan menyatakan ia telah gagal memenuhi persyaratan menetap selama 18 bulan di Malawi.
Persyaratan itu dilangkahi ketika Madonna mengadopsi David Banda pada 2006, dan pengacaranya pada April meminta Mahkamah Agung memberi persetujuan bagi bintang yang berusia 50 tahun tersebut untuk membawa pulang Chifundo.
"Tolong perhatikan bahwa putusan mengenai Madonna ialah pada Jumat, 12 Juni dari pukul 09:00 waktu setempat (14:00 WIB)," kata Hakim Pengadilan Joseph Chigona.
Hakim Kepala Lovemore Munlo dijadwalkan menyampaikan putusan itu atas nama dua hakim lain dari Sidang Banding Mahkamah Agung, kata Chigona.
Malawi adalah salah satu negara paling miskin di dunia, dan lebih dari separuh penduduknya, yang berjumlah 12 juta jiwa, hidup dengan penghasilan kurang dari satu dolar per hari.
Penyanyi pop itu, yang telah meluncurkan hit dengan judul "Material Girl" dan "Like A Virgin", memiliki harta kekayaan pribadi yang diperkirakan berjumlah beberapa ratus juta dolar AS.
Madonna telah mendirikan satu badan amal, Raising Malawi, yang menyediakan dukungan bagi anak yatim-piatu dan anak yang rentan.
Ia sudah membangun pusat kemasyarakatan banyak-fungsi di desa Mphandula, 50 kilometer dari ibukota negeri tersebut, Lilongwe, yang merawat lebih dari 8.000 anak yatim-piatu dari sejumlah desa di daerah itu.
Pegiat hak anak telah menentang upaya Madonna untuk mengadopsi Mercy sebagai saudara David, yang pengadopsiannya telah resmi tahun lalu.
Mereka berpendapat bahwa pengadopsian internasional mesti dipandang sebagai pilihan terakhir, sekalipun Malawi adalah tempat tinggal bagi sebanyak 560.000 anak yang telah kehilangan setidaknya salah satu orang-tua mereka akibat AIDS.(*)
Pewarta: Ricka Oktaviandini
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009