Juba, Sudan (ANTARA News/AFP) - Bekas pemberontak yang melakukan perang saudara 22 tahun yang menghancurkan di Sudan selatan mulai meletakkan senjata mereka ketika program demobilisasi terbesar PBB itu bergerak maju.
Beberapa pejabat mengatakan Kamis, diharapkan bahwa seluruhnya 180.000 bekas pemberontak akan melalui program Pelucutan Senjata, Demobilisasi dan Reintegrasi, satu bagian penting dari perjanjian damai 2005 yang mengakhiri konflik antara utara dan selatan yang mana sekitar 1,5 juta orang telah tewas.
"Kami tidak mencampakkan kalian, tapi menugaskan kalian ke peran dan tugas yang baru dan penting, untuk membangun Sudan yang baru," Luka Monoja, menteri urusan kabinet dalam pemerintah regional selatan, mengatakan Rabu pada 16 tentara pertama yang didemobilisasi.
"Kalian harus pergi dengan kepala kalian terangkat, kami bangga pada kalian," Monoja menambahkan, berbicara atas nama presiden regional selatan Salva Kiir.
Program yang didukung PBB itu dimulai di Sudan utara Februari dengan demobilisasi tentara pemerintah dan pasukan liar yang berperang bersama mereka. Seluruhnya 4.300 orang telah dilucuti senjatanya di Sudan utara sejauh ini.
Program itu meramalkan pelucutan senjata jumlah pasukan yang sama dari kedua belah pihak dalam konflik antara utara yang Muslim dan selatan yang penduduknya sebagian besar Kristen dan animis.
Koordinator kemanusiaan PBB untuk Sudan selatan Lise Grande memuji pelucutan snjata pemberontak Tentara Pembebasan Rakyat Sudan (SPLA) sebagai komponen penting dalam proses perdamaian itu.
""Dalam mendemobilisasi bekas `pahlawan` dari SPLA, pemerintah akan memberi mereka kesempatan untuk kembali ke masyarakat mereka dengan martabat dan kehormatan," kata Grande, yang berbicara pada upacara di sebuah markas militer di luar ibukota rsgional selatan Juba.
Berdasar skema bertahap, para tentara yang diajukan oleh komandan mereka, akan dinilai, didaftar secara elektronik dan mendapat pemeriksaan kesehatan di pusat-pusat khusus.
Mereka kemudian akan diberi paket uang, pangan dan barang-barang yang diperlukan seperti peralatan dasar.
Kemudian, setiap pemberontak yang telah dimobilisasi akan menerima bantuan reintegrasi termasuk latihan kejuruan untuk mempelajari karir batu, atau bantuan untuk mendirikan usaha atau pertanian kecil.
Seluruhnya 16 tentara mengantri untuk menyerahkan senjata mereka sebelum proses pendaftaran dimulai, dengan anyak lagi tentara yang dijadwalkan pada beberapa pekan yang akan datang.
PBB mengatakan perogram itu merupakan salah satu dari operasi yang sangat kompleks dan terbesar dari operasi semacamnya di dunia.
Sebanyak 35.000 petempur dari bekas pemberontak SPLA akan dimobilisasi di Juba dan delapan pusat lainnya di Sudan selatan dalam tahap pertama operasi itu. Namun dananya kurang.
Para donor telah mejanjikan sekitar 88 juta dolar pada Februari, tapi lebih banyak sumbangan dibutuhkan, termasuk dari pemerintah Sudan utara dan selatan.
Bagaimanapun, Sudan sedang berjuang dengan penghasilan yang merosot karena jatuhnya cepat harga minyak ekpor dunia mereka, yang mana ekonomi mereka tergantung.
Skemanya terpisah dari upaya untuk menarik senjata dari warga sipil dan milsi di selatan, yang telah menderita gelombang bentrokan etnik dalam beberapa bulan belakangan ini yang menyebabkan sedikitnya 1.000 orang tewas.
Program itu merupakan bagian dari proses rekonstruksi yang lebih luas di selatan, tempat kira-kira 4 juta orang telah melarikan diri dari rumah mereka pada saat perang saudara.
Konflik itu berakhir denvan pembentukan pemerintah otonomi regional di selatn yang dipimpin oleh bekas pemberontak dan janji referendum kemerdekaan dari wilayah lainya Sudan pada 2001.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009