Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik Bachtiar Effendi menyatakan, untuk memenangkan Pemilu Presiden (Pilpres) satu putaran merupakan langkah berat bagi calon presiden (capres)-calon wakil presiden (cawapres) karena undang-undang mengatur tidak hanya persentase perolehan suara, tapi juga tingkat sebaran pemilih per daerah.

"Peraturan ini menyulitkan capres bisa menang satu putaran. Selain harus menang 50 persen plus satu, juga ada ketentuan tingkat penyebaran pemilih," katanya, di Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan, capres bisa saja menang satu putaran apabila mengantongi 75- 80 persen suara karena ini bisa mencakup persebaran wilayah.

"Namun hal ini sulit diraih karena persaingan yang ketat antar capres saat ini," katanya.

Ditanya prediksi siapa yang akan memenangkan Pilpres, Bachtiar Ali mengatakan, mengacu pada hasil survei lembaga-lembaga riset belakangan sangat sulit diprediksi.

"Hasilnya sangat fluktuatif dan bisa berubah secara dinamis menjelang Pilpres 8 Juli mendatang," katanya.

Dia memperkirakan dalam waktu tiga minggu ke depan bisa saja terjadi perubahan dukungan pada masing-masing capres-cawapres.

Perubahan dukungan bisa terjadi manakala ada kejutan-kejuatan yang luar biasa, seperti capres-cawapresnya bermasalah, dan intensitas kampanye yang dilakukan sungguh-sungguh mempengaruhi pikiran masyarakat.

"Saya melihat ada kecenderungan peningkatan suara pasangan Jusuf Kalla-Wiranto dan Megawati Prabowo. Sementara suara SBY-Boediono konstan," katanya.

Karena itu, dia memperkirakan pada putaran pertama ini akan bertarung ketat antara JK-Wiranto dengan Megawati-Prabowo, untuk memperebutkan suara SBY-Boediono.

Sementara dukungan pada JK-Wiranto, kata Bachtiar, semakin mendekati SBY-Boediono.

"Saya memperkirakan apabila pada putaran kedua nanti yang bertarung adalah SBY-Boediono dan JK-Wiranto, maka ini akan menjadi pertarungan yang seru," katanya.

Dia mengatakan Jusuf Kalla yang lebih terlambat dari SBY dalam persiapan capres, belakangan lebih intensif dalam mengampanyekan program-programnya sehingga masyarakat menjadi tahu kemampuannya.

"Ketika tampil dalam acara Kadin, JK tampil menarik dengan bahasa yang lugas dan cerdas," katanya.

Sementara Megawati, katanya, juga tampak lebih menonjol dibandingkan pada 2004. Apalagi dengan didukung pasangannya, Prabowo Subianto.

"Karena itu saya melihat kedua pasangan ini dukungan yang diperolehnya makin meningkat. Sementara SBY-Boediono konstan karena tidak terlihat ada upaya yang lebih ekstra dari tim kampanye," kata Bachtiar.

Dia mengatakan, apabila terjadi "rematch" (pengulangan) antara SBY dengan Megawati pada putaran dua pilpres, maka pertarungan akan menjadi kurang menarik.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009