Depok (ANTARA News) - Sebanyak 19 nama tokoh dan ilmuwan Universitas Indonesia (UI) diabadikan sebagai nama jalan di lingkungan kampus perguruan tinggi negeri tersebut di Depok untuk menghormati perjuangan mereka dalam membangun peadaban bangsa.
"Pemberian nama jalan ini menjadi simbol bahwa UI menghormati perjuangan para pendahulunya yang telah membangun peradaban Indonesia," kata Deputi Direktur Kantor Komunikasi UI Devie Rahmawati, di Depok, Rabu.
Ia mengatakan nama para tokoh itu diabadikan di sepanjang 15 kilometer jalan di lingkungan UI.
Kesembilan belas tokoh ini merupakan pahlawan, perintis, penemu, dan begawan ilmu dari UI yang mendedikasikan hidupnya bukan hanya untuk almamater tetapi juga Untuk Indonesia (UI).
Tokoh yang diabadikan namanya itu adalah, Indro S Suwandi, dosen Fakultas Kedokteran yang tokoh terkemuka dalam bidang teknologi Informasi dengan mendirikan Pusat Ilmu Komputer UI.
Gerrit A Siwabessy, selain ilmuwan, juga pernah memimpin pergerakan masyarakat Maluku di Jawa dalam revolusi kemerdekaan. Dia dikenal sebagai Bapak Atom Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Direktur Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).
Selanjutnya Roosseno Soerjohadikoesoemo, dekan Fakultas Teknik UI tahun 1964 itu dijuluki "Pahlawan Konstruksi Indonesia", "Manusia Beton" dan "Manusia Seratus Jembatan".
Selo Soemardjan, dikenal sebagai Bapak Sosiologi Indonesia. Penerima Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah itu adalah pendiri sekaligus dekan pertama Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (kini FISIP-UI) dan sampai akhir hayatnya dengan setia menjadi dosen sosiologi di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI).
Miriam Budiardjo, perempuan diplomat pertama yang pernah bertugas di New Delhi, India, dan Washington DC, Amerika Serikat (AS) itu adalah perumus "kitab suci" ilmu politik Indonesia yaitu buku Dasar-dasar Ilmu Politik yang telah lebih 20 kali dicetak ulang.
Slamet Iman Santoso, pendiri Fakultas Psikologi UI dan dikenal sebagai Bapak Psikologi Indonesia.
Guru Besar Fakultas Kedokteran dan Fakultas Psikologi itu dianugerahi Tokoh Pendidikan Nasional oleh IKIP Jakarta pada 1978 serta Bintang Jasa Mahaputra Utama tahun 1973.
Sumitro Djojohadikusumo, Guru Besar Fakultas Ekonomi UI itu tidak hanya lima kali menjadi menteri namun juga menjadi konsultan Ekonomi di Malaysia, Hongkong, Thailand, Perancis, dan Swiss (1958 -1967).
Nugroho Notosusanto, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu dikenal dengan idenya membuat sistem penerimaan mahasiswa tanpa tes.
Mantan redaktur majalah Gelora, Kompas, Tjerita, Mahasiswa, dan Persepsi itu melakukan perubahan kurikulum 1975 yang dinilainya sarat materi.
Supomo dikenal sebagai salah satu tokoh pemikir konseptual dari nilai-nilai yang dirumuskan dalam Pancasila.
Bahder Djohan, pernah menjabat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan pada Kabinet Wilopo serta pemrakarsa Ikatan Lulusan Universitas Indonesia (ILUNI) yang didirikan pada tanggal 2 Februari 1958.
Djokosoetono, Dekan Fakultas Hukum UI yang pertama dan Perintis Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).
Soedjono D Poesponegoro, Presiden UI periode 1958-1962, yang juga menjadi Ketua IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) pertama.
Mahar Mardjono, Rektor ke tujuh Universitas Indonesia (1973-1982) dan Guru Besar Ilmu Penyakit Syaraf Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia .
Fuad Hasan, penerima Bintang Jasa Kelas I dan Bintang Republik Kelas I dari Pemerintah Mesir itu pernah menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Soeharto (1985-1993).
Sujudi, dikenal sebagai Menteri Kesehatan RI Kabinet Pembangunan VI. Mantan rektor UI tahun 1986-1994 itu merupakan sesepuh Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang.
Soemantri Brodjonegoro, rektor UI ke-enam (1964-1973), pernah menjadi Menteri Pertambangan dan Pendidikan Nasional.
Pandji Soerachman, Presiden Pertama UI atau periode 1950-1951 dan pernah menjadi Menteri Kemakmuran pada Kabinet Presidensial periode 4 September 1945 sampai 14 November 1945, serta Menteri Keuangan.
Letjen Sharif Thajeb, Rektor UI kelima, periode 1962-1964. Dia pernah menjadi Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan RI dalam Kabinet Dwikora (1964-1966).
Yang terakhir, Sutami. Ketua Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang pertama itu pernah menjadi Menteri Pekerjaan Umum selama 6 periode kabinet (25 Mei 1965 hingga 21 Maret 1978).
"Beliau adalah Guru Besar Ilmu Wilayah Universitas Indonesia," kata Devie Rahmawati. (*)
Pewarta:
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2009