Fernando de Noronha, (ANTARA News) - Sebanyak 16 mayat pertama ditemukan dari pesawat jet Air France yang mengalami kecelakaan di Samudra Atlantik, tiba di pulau terpencil Fernando de Noronha, Brazil, Selasa, sebelum diidentifikasi, kata beberapa pejabat.

Jenazah tersebut ditemukan pada akhir pekan lalu dari tempat pesawat Airbus A330 jatuh sewaktu terbang dari Rio de Janeiro menuju Paris pada 1 Juni. Semua 228 orang di dalamnya tewas, demikian dikutip dari AFP.

Sebanyak 28 mayat telah diangkat dari laut pada Selasa pagi, kata beberapa pejabat Brazil.

Semua mayat itu ditemukan mengambang di tempat yang oleh anggota awak Angkatan Laut Brazil dikatakan sebagai "lautan puing", 1.100 kilometer di lepas pantai timur-laut Brazil.

Dari Ferando de Noronha, jenazah tersebut akan diterbangkan dengan pesawat ke kota Recife di daratan utama, tempat semua mayat itu akan diidentifikasi dengan menggunakan contoh DNA dari keluarga dan catatan gigi korban.

Interpol membantu tugas tersebut, dan Prancis memimpin penyelidikan mengenai kecelakaan itu. Penumpang dari 32 negara berada di dalam pesawat naas tersebut.

Upaya dilanjutkan di Atlantik guna menemukan bagian pesawat yang hancur dan mungkin menyimpan petunjuk mengenai penyebab kecelakaan.

Satu kapal Angkatan Laut Brazil, Senin, menemukan sirip ekor pesawat tersebut, yang dipandang sebagai bagian paling penting yang ditemukan, karena kotak hitam pesawat itu disimpan di bagian ekor pesawat.

Beberapa pejabat mengatakan lokasi sirip ekor pesawat tersebut dapat memperkecil wilayah pencarian untuk menemukan kotak hitam oleh satu kapal selam Prancis yang diperkirakan tiba di daerah itu Rabu.

Lima kapal Brazil dan satu kapal Angkatan Laut Prancis saat ini melakukan operasi untuk mencari-dan-menemukan permukaan dengan bantuan 14 pesawat Prancis dan Brazil.

Beberapa kursi dari pesawat Airbus naas tersebut, satu tas punggung, satu koper dengan tiket Air France di dalamnya dan sejumlah pecahan pesawat juga dibawa ke Fernando de Noronha.

Kecurigaan mengenai apa yang menyebabkan kecelakaan tersebut telah mengerucut, setidaknya sebagian, pada sensor kecepatan udara pesawa Airbus itu, yang dikenal sebagai "penyelidikan pitot".

Air France telah menyatakan akan meningkatkan penggantian sensor pada pesawat Airbusnya, di tengah spekulasi bahwa alat itu mungkin membeku selama badai pada posisi tinggi dan mengirim data kecepatan udara palsu ke kokpit.

Pada gilirannya itu dapat membuat pilot terbang terlalu lambat dan pesawat terhenti, atau terlalu cepat dan tubuh pesawat tercabik, kata beberapa ahli penerbangan.

Satu perhimpunan pilot Prancis telah mendesak awak penerbangan pesawat A330 dan A340 agar tak menerbangkan pesawat jet tersebut sampai penyelidikan baru "pitot" dicocokkan.

Seorang pejabat serikat pekerja mengatakan Air France tak menerbangkan pesawat A330 dan A340-nya mulai Selasa, kecuali setidaknya dua dari tiga "pitot" masing-masing pesawat telah diganti.

Air France menolak untuk mengomentari pernyataan serikat pilot tersebut.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009