"Jadi mereka masih melakukan aktivitas ekonomi," katanya melalui sambungan telepon kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan di tengah wabah COVID-19, sejumlah kelompok perempuan di desa-desa gambut masih menerima pesanan untuk membuat kerajinan berbahan dasar purun.
"Misalnya di kawasan kerajinan yang perempuan-perempuannya masih menerima pesanan dari luar daerah untuk membuat tikar dan tas," katanya.
Kelompok perempuan di Kabupaten Hulu Sungai Utara, katanya, masih sibuk menjalankan roda perekonomian karena kerajinan purun yang menjadi basis perekonomian di daerah itu sebagian besar dijalankan oleh perempuan.
"Perajin purun itu sebagian besar perempuan. Perajin saserangan pewarna alam juga perempuan. Mereka masih sibuk menerima pesanan, baik dari dalam daerah maupun dari Jakarta," katanya.
Dalam mengerjakan kerajinan tersebut, para perempuan di desa-desa gambut itu, kata Enik, tetap mematuhi protokol kesehatan yang diserukan pemerintah.
Badan Restorasi Gambut (BRG), katanya, terus mengingatkan para pekerja untuk menjaga jarak, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat serta memakai masker meski sebagian besar waktu pengerjaan dilakukan di dalam rumah dan dalam jarak aman antara satu dengan lainnya.
"Kemudian beberapa di desa-desa di tempat mereka bekerja juga disemprot oleh relawan-relawan desa. Jadi kami tetap menekankan untuk memenuhi aturan-aturan pemerintah itu meskipun mereka bekerja di dalam rumah," katanya.
Artinya para perempuan di desa-desa tersebut, katanya, tetap memberi kontribusi terbaik mereka meski pandemi COVID-19 membayangi keselamatan mereka.
"Jadi di tengah COVID-19 ini mereka malah mendapatkan peluang untuk tetap aktif di dalam perekonomian," katanya.
Pewarta: Katriana
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020