New York (ANTARA News/AFP) - Tahanan pertama Teluk Guantanamo yang dibawa untuk diadili di AS, Ahmed Khalfan Ghailani, dianggap sebagai anggota penting al Qaida dan menghadapi tuduhan teror karena pemboman kedutaan besar AS 1998 di Afrika barat yang menyebabkan lebih dari 200 orang tewas.
Ghailani, seorang Tanzania yang juga dikatakan pernah menjadi koki Osama bin Laden, menghadapi 286 tuduhan terpisah yang dikemukakan dalam dakwaannya Maret 2001, di antaranya konspirasi untuk membunuh, membom, memuntungi dan menggunakan senjata pemusnah massal terhadap warga AS, tuduhan untuk mana ia dapat menerima hukuman mati.
Ia juga dituduh berkonspirasi dengan Bin Laden dan anggota al Qaida lainnya "untuk membunuh orang Amerika di manapun di dunia".
Ia adalah yang kedelapan dalam "daftar orang yang paling dicari" FBI, yang memberinya sejumlah nama lain -- termasuk "Foopie" dan Ahmed Tanzania" -- dan ia memiliki lima juta dolar hadiah di kepalanya.
Sebagian besar dari tuduhan terhadapnya berkaitan dengan peran yang diduga dilakukan oleh Ghailani dalam sejumlah pemboman yang hampir bersamaan pada 7 Agustus yang menewaskan 213 orang di Nairobi, 11 orang di Dar es Salaam dan melukai lebih dari 5.000 orang yang lain.
Pertama tetangkap di Pakistan pada 2004, Ghailani ditahan sejak 2006 di Teluk Guanatanmo, pangkalan angkatan laut AS tempat sebanyak 240 tersangka "perang atas teror" ditahan, untuk menghadapi pengadilan di pengadilan sipil di AS.
Ghailani, diperkirakan lahir sekitar 1974 di Zanzibar, Tanzania, adalah satu dari 15 tahanan yang dikirim dari tempat gelap rahasia CIA di luar negeri ke Guantanamo. Pihak berwenang New York pertama mendakwanya pada Desember 1998.
Pria bermuka seperti bayi dengan mata coklat dan rambut hitam itu dituduh telah membeli trek Nissan yang membawa silinder gas dan TNT yang digunakan untuk membuat bom yang menghantam kedutaan besar AS di Tanzania pada 7 Agustus 1998.
Pada hari sebelum pemboman kedutaan itu, Ghailani pertama pindah ke Afghanistan, tempat ia menghadiri "latihan tetap" di kamp al Qaida dan menjabat sebagai seorang "tentara kebanyakan", menurut Pentagon.
Segera sesudah serangan AS di Afghanistan pada Oktober 2001 dan jatuhnya Taliban, Ghailani melarikan diri ke Karachi, Pakistan, sebelum pindah ke Waziristan Selatan pada 2003.
Menurut satu sumber polisi, Ghailani tertangkap di Gujarat, 160 Km di timur Islamabad pada Juli 2004 berkat informasi dari seorang pria yang memberikan pasokan pada sebuah tempat persembunyian tempat ia bersembunyi bersama isterinya dan beberapa gerilyawan lainnya.
Sebanyak 13 orang, termasuk isterinya yang orang Uzbekistan, dua orang Afrika Selatan dan beberapa anak ditangkap dalam serangan polisi menyusul tembak-menembak yang berlangsung hampir delapan jam.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009
Supaya adil gitu.