London (ANTARA News/AFP) - Harga minyak meningkat mendekati 70 dolar AS per barel pada Selasa waktu setempat, berbalik naik (rebound) dari penurunan tadi malam di tengah harapan terhadap pemulihan ekonomi global yang sedang sakit yang pada gilirannya akan mendorong permintaan energi.
Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Juli, menguat hingga mencapai posisi tertinggi 69,64 dolar AS per barel. Kontrak kemudian berada pada 69,13 dolar AS, naik 1,04 dolar dari level penutupan Senin.
Minyak mentah "Brent North Sea" untuk penyerahan Juli bertambah 1,12 dolar AS menjadi 69,00 dolar pada akhir perdagangan sore di London.
"Para investor tidak siap untuk memberikan kenaikan pada minyak dan kami perkirakan lebih pada konsolidasi mendekati kenaikan baru-baru ini," kata analis VTB Capital Andrey Kryuchenkov.
Minyak mentah New York telah melambung menjadi 70,32 dolar AS pada Jumat lalu, merupakan level tertinggi sejak 4 November.
Data mengindikasikan bahwa kondisi terburuk kemungkinan berakhir untuk resesi yang menghantam ekonomi AS, terbesar di dunia, yang memicu harapan meningkatnya kembali permintaan energi.
Data tenaga kerja AS yang dirilis pada Jumat mengatakan, jumlah kehilangan pekerjaan melambat menjadi lebih baik dari perkiraan 345.000 pada Mei.
Laporan dipertimbangkan sebagai salah satu indikator momentum ekonomi terbaik di Amerika Serikat, memberikan kesan bahwa laju masif pengurangan pegawai sedang berkurang, sebuah sinyal positif untuk konsumen energi terbesar dunia.
"Kenaikan harga komoditas kemungkinan menjadi berlanjut sementara .... ekspektasi dari pemulihan terus terbangun," kata konsultan Capital Economics yang berbasis di London dalam sebuah catatannya.
Namun pihaknya memperingatkan bahwa "kekecewaan pada penguatan ekspansi ekonomi akan mengambiL pemanasan yang keluar pada rally terakhir."
Harga minyak pada Selasa juga dipicu oleh melemahnya mata uang dolar AS, yang membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih murah bagi para pembeli yang memegang mata uang kuat. Pada gilirannya cenderung menstimulus permintaan dan mendorong harga naik.
"Itu adalah sebuah cerita sederhada: dolar melemah, pasar menguat, ditambah aliran dana-dana dari investor komoditas," tambah analis Deutsche Bank, Adam Sieminski.
Setelah jatuh dari rekor tertinggi di atas 147 dolar AS pada Juli lalu di tengah kekhawatiran pasokan, harga minyak menyentuh pisisi terendah multi bulan pada Desember, sempat mendekati 32 dolar AS per barel, karena pelambatan ekonomi memangkas permintaan energi.
Harga minyak masih akan dihargakan pada kisaran 65 hingga 70 dolar AS per barel hingga akhir 2009 sebelum meningkat, kata Menteri Energi Aljazair Chakib Khelil pada Sabtu.
Aljazair adalah salah satu anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang bulan lalu menyepakati untuk mempertahankan level resmi produksi minyak.
Ke-12 negara anggota grup yakin pasar kelebihan pasokan, ditunjukkan oleh level stok yang masih tinggi sekarang, namun para eksportir puas dengan harga setelah baru-baru ini menguat yang membawa harga di atas 60 dolar AS per barel.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009