Jakarta,(ANTARA News) - Apa yang dapat dipetakan dari salah satu karya pelukis Sri Warso Wahono? Dia tampildi tapal batas, antara "rampogan" sampai keserakahan yangbersemayam di batoktempurung kepala manusia.

Di Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki, salah satu lukisan karya Sri Warso Wahono yangberjudul "Rampogan" merupakan kritik sosial yang terjadi di masyarakat.

"Rampogan merupakan karya seni saya yang menggambarkan tindak kejahatan dan keserakahan manusia," kata Sri Warso Wahono di Jakarta, Selasa.

Pameran tunggal Sri Warso yang berlangsung pada 4-12 Juni 2009 menampilkan 45 karya seni lukis. Dalam pameran tersebut, Sri Warso menampilkan beberapa keryanya dengan judul rampogan, antara lain Rampogan Lapindo, Rampogan BBM, dan Rampogan Jakarta.

Dalam buku katalog pameran tunggal tersebut, penyair Sides Sudiarta DS mengatakan rampogan merupakan fenomena baru dalam seni lukis Sri Warso. Kata rampogan berasal dari khasanah budaya pewayangan.

Ia mengatakan, dalam wayang kulit setiap wayang merupakan gambaran atau ekspresi pribadi seorang tokoh tertentu, sedangkan rampogan adalah sehelai wayang yang melukiskan banyak orang.

"Rampogan bisa melukiskan orang banyak yang bergerak, bisa juga difungsikan untuk melukiskan barisan pasukan atau prajurit biasanya dari golongan hitam," katanya.

Namun, katanya, karya rampogan ia mengalami transformasi. Rampogan dalam karya itu tidak hanya berarti perampok, tetapi juga para perampas hak milik dan hak hidup rakyat.

Menurut dia, Sri Warso mulai melukis rampogan ketika tidak tahan lagi menyaksikan berbagai ketidakberesan, membludaknya kecurangan, korupsi, ketidakadilan, dan keserakahan segelintir manusia yang membuat kehidupan masyarakat tiarap dan lumpuh tanpa daya.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009