Para perawat yang bekerja di bawah tekanan membutuhkan waktu istirahat yang cukup, gizi seimbang dan pemulihan psikis.

Kendari (ANTARA) - Seorang perawat Cici Sri Oktaviani (39) yang bertugas di RSUD Bahteramas Kendari, Sulawesi Tenggara, menitipkan dua orang "buah hati" atau anak-anaknya demi menjalankan tugas merawat pasien COVID-19.

"Sudah dua pekan berpisah dengan suami dan kedua anak saya yang masih balita demi tugas. Berat berpisah berhari-hari dengan keluarga tetapi mau apa lagi," kata Cici di Kendari, Selasa.

Cici bersama 30 orang rekannya difasilitasi tempat menginap di ruang VIP RSUD Bahteramas selama menjalankan tugas perawatan pasien terpapar virus Corona.

Para perawat tidak boleh pulang (sementara) ke rumah meski usai menjalankan tugas secara bergantian dengan perawat lainnya karena mereka dikuatirkan membawa virus ke rumah yang beresiko bagi keluarga, anak dan suami.

Selain itu, para perawat yang bekerja di bawah tekanan membutuhkan waktu istirahat yang cukup, gizi seimbang dan pemulihan psikis.

Para dokter dan perawat yang ditugaskan menangani pasien virus corona yang mematikan itu pantas menyandang sebutan pahlawan seperti Raden Ajeng Kartini yang memperjuangkan kesetaraan kaum wanita menuntut ilmu pendidikan dan kesempatan bekerja.

Hari ini 21 April 2020 diperingati sebagai Hari Kartini yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena wabah COVID-19.

Kaum dokter dan perawat COVID-19 menitip anak pada tetangga, menitip anak pada neneknya serta suami mengurus makan sendiri, mencuci pakaian sendiri lalu mengurus orang lain atau pasien di ruang isolasi perawatan rumah sakit.

Cici Sri Oktaviani bersama rekan-rekannya diruang isolasi perawatan pasien COVID-19 RSUD Bahteramas Kendari, Sultra (Foto: ANTARA/sarjono)

"Sebenarnya, berat rasanya berpisah dengan si bungsu saya usia 1,4 bulan berminggu-minggu tetapi apa boleh buat tugas seorang perawat," kata Cici dengan nada terbata-bata.

Cici, alumni Akademi Perawat Unaaha, Kabupaten Konawe tahun 2002 menitipkan dua orang buah hatinya, Sultan Muhammad Alfat (3) dan Embun Adrina Betari kepada neneknya di kampung, tepatnya di Unaaha sekitar 100 kilometer dari Kota Kendari.

Sedangkan sang suami Eddy Wicaksono Martha mandiri mengurus makan, mencuci pakaian dan membersihkan rumah sejak istri bertugas di ruang isolasi COVID-19.

"Saya melepas rindu dengan anak-anak melalui telepon video call. Tetapi kemarin anak saya yang bungsu sudah menolak berbicara. Dia sudah tidak kenal saya mungkin," kata Cici sembari terisak menangis.

"Ya, mau apa lagi pak. Istri menjalankan tugas sebagai perawat. Sumpah perawat untuk menyelamatkan jiwa manusia dipegang teguh," rutur Eddy Wicaksono Martha, suami Cici.

Sang suami menerima kebijakan para perawat COVID-19 untuk disiapkan pemondokan agar anak-anak dan keluarga aman dari virus.

Cici mengharapkan warga masyarakat, tetangga tidak mengucilkan kami (perawat) kelak usai menjalankan tugas yang beresiko ini.

"Kami juga minta kepada warga Kota Kendari dan Sultra agar tidak beraktivitas diluar rumah. Ingat kami, tenaga kami terbatas, anak, suami dan keluarga menunggu kembali ke rumah," ujarnya.


Pewarta: Sarjono
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2020