Jakarta (ANTARA News) - Menkeu/Plt Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati menyatakan masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan penguatan rupiah hingga di bawah Rp10.000 yang terjadi akhir-akhir ini.

"Nilai tukar rupiah tidak akan jauh beda dengan asumsi yang telah ditetapkan, tidak perlu khawatir," kata Menkeu ditemui di Gedung Kantor Menko Perekonomian Jakarta, Senin.

Ia menyebutkan, jika dikaitkan dengan asumsi di APBN maka nilai tukar rupiah harus dilihat selama satu tahun.

"Kalau kita lihat selama minggu ini (kemarin), itu memang di bawah Rp10.000, tapi `overall` (keseluruhan) akan kita lihat rata-ratanya selama Januari-Desember," katanya.

Pemerintah memperkirakan nilai tukar rupiah pada tahun 2009 akan berada pada kisaran Rp10.000 - Rp10.500 per dolar AS atau sesuai dengan asumsi bersama pemerintah dan Panitia Anggaran DPR dalam pembahasan awal RAPBN 2010.

Mengenai revisi perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2009 oleh IMF dari semula 2,5 persen menjadi 3-4 persen, Menkeu sudah menduga bakal terjadi revisi seperti itu.

"Dalam memandang Indonesia, IMF menganggap konsumsi tidak setinggi yang kita prediksi," katanya.

Sri menilai IMF telah memprediksi faktor pemilu dan dampak penurunan harga BBM yang memberi kontribusi signifikan pada pertumbuhan ekonomi dan terlalu berlebihan memperkirakan dampak krisis global terhadap perekonomian Indonesia.

"Mereka melihat kondisi seluruh kawasan ASEAN merosot sangat tajam dan menganggap Indonesia tidak terkecuali, ternyata tidak," katanya.

Selain itu, Indonesia memiliki keterkaitan dengan pertumbuhan ekonomi China sehingga bisa mengendalikan ekspor tidak berkontraksi terlalu dalam.

Sri menuturkan, pada kuartal pertama 2009 ekspor nasional negatif 19 persen, namun pada kuartal dua dan tiga kontraksi ekspor ini akan mengecil karena dorongan pemulihan hubungan regional. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009