Jakarta,(ANTARA News) - Pengamat pasar modal dan pasar uang, Farial Anwar mengungkapkan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir disebabkan oleh membanjirnya "uang panas" atau hot money dari luar negeri yang masuk ke pasar saham di dalam negeri.
"Dalam beberapa hari terakhir pasar kita kebanjiran uang panas yang cukup besar sehingga mendorong menguatnya rupiah terhadap dollar AS yang cukup signifikan," katanya kepada ANTARA di Jakarta, Senin.
Meski pada perdagangan Senin sore nilai tukar rupiah kembali merosot tajam 100 poin menjadi Rp10.030-Rp10.035 per dolar, namun pada penutupan perdagangan spot antar bank akhir pekan lalu rupiah sempat menembus level Rp9.930-Rp9.950 per dolar.
Kenaikan nilai tukar rupiah di atas Rp10 ribu per dolar tersebut merupakan yang pertama sejak bulan Maret lalu.
Ia memperkirakan nilai tukar rupiah akan terus berfluktuasi terhadap dolar AS dan bisa saja menguat hingga ke level 9.700. Pasalnya, kata dia, para spekulan cenderung membeli rupiah lantaran pasar di dalam negeri mudah dipermainkan dan didominasi asing serta suku bunga yang masih sangat tinggi di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain.
"Di pasar global suku bunga bank sentral cenderung turun, sedangkan di Indonesia BI rate dan surat utang masih pada level tinggi di atas 10 persen. Ini sangat menarik minat mereka yang mencari rente yang tinggi sehingga mendorong masuknya uang dari luar ke pasar Indonesia," kata Farial.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009