Singapura (ANTARA News) - Harga minyak mentah melemah di perdagangan Asia, Senin, karena para investor melakukan aksi ambil untung setelah minyak mentah New York menembus 70 dolar AS per barel untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan pada akhir pekan lalu.
AFP melaporkan, melemahnya permintaan energi dari ekonomi global yang sedang sakit, masih memberatkan pasar meski harga minyak mengalami "rally" (kenaikan panjang) baru-baru ini, kata para analis.
Dalam perdagangan pagi, kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Juli, turun 47 sen pada 67,97 dolar AS per barel.
Kontrak menyentuh 70,32 dolar AS dalam perdagangan harian Jumat, merupakan posisi tertinggi sejak 4 November, sebelum kembali menyusut.
Minyak mentah "Brent North Sea" untuk penyerahan Juli turun 45 sen menjadi 67,89 dolar AS, setelah mencapai posisi tertinggi 69,91 dolar dalam perdagangan harian Jumat.
Meski turun, "harga terus menjadi sangat kuat dan momentum perdagangan sunguh-sungguh menentang tekanan turun dari fundamental," kata Victor Shum, seorang analis dari perusahaan konsultan energi Purvin and Gertz di Singapura.
"Harga minyak mentah mengalami koreksi, namun momentum perdagangan terus mempertahankan harga pada sebuah level kuat.
Shum mengatakan, harga minyak "rebound" (berbalik naik) didorong oleh harapan bahwa ekonomi global yang sedang sakit akan pulih lebih cepat dari perkiraan.
Namun ia juga memperingatkan bahwa di sana lebih banyak pasokan ketimbang permintaan dan ini akan menjaga harga dalam kendali.
"Pada suatu waktu, pasar minyak mungkin terkoreksi," kata dia.
"Tetapi untuk jangka pendek, momentum perdagangan melawan tekanan dari fundamental, karena itu harga diperkirakan menjadi sangat kuat."
Harga minyak telah jatuh dari puncak tertinggi selama ini di atas 147 dolar AS per barel pada Juli tahun lalu, setelah krisis ekonomi dan keuangan yang muncul pada bulan-bulan terakhir 2008 mengekang permintaan energi.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009