Kematiannya akan merupakan pukulan berat pada kelompok gerilyawan itu dan satu dorongan bagi pemerintah Presiden Sheikh Sharif Ahmed yang berusaha tetapi tidak berhasil untuk melakukan perundingan perdamaian dengan ulama berusia 62 tahun itu.
Aweys, yang badan-badan keamanan Barat mengatakan ia punya hubungan dengan dengan Al Qaida, adalah seorang tokoh berpengaruh di kalangan gerilyawan di Somalia, tempat ia memimpin berbagai kelompok Islam sejak tahun 1990-an
"Kami tahu Sheikh Hassan Dahir Aweys kemarin dibawa ke rumah saudaranya di seberang stadion sepak bola," kata seorang anggota keluarga Aweys.
"Kami tidak diberikan akses tetapi mengkonfirmasikan ada dokter-dokter di daerah itu ...Suasana kelihatan ia meninggal. Seluruh lokasi itu dijaga pria-pria bersenjata dan tidak ada akses ke sana," tambahnya tentang rumah yang terletak dekat stadion sepak bola Mogadishu itu.
Seorang anggota milisi pro pemerintah mengatakan para pejuangnya menembak Aweys dalam pertempuran di kota Wabho, Jumat, dan ia meninggal kemudian akibat luka-luka yang dialaminya.
Tetapi gerakan Aweys , Hizbul Islam membantah berita itu dan menyebutnya sebagai propaganda.
Juga ada rumor-rumor di kalangan anggota milisi bahwa seorang pemimpin gerilyawan lainnya, Hassan Turki tewas.
Dalam salah satu tahun aksi kekerasan terburuk tahun ini, 123 orang tewas dalam pertempuran di Wabho, terutama Jumat antara pasukan gabungan kelompok gerilyawan Al Shabab dan kelompok Aweys, dan milisi Islam moderat pro pemerintah Ahla Sunna Waljamaca.
Satu perlawanan kelompok sejak awal tahun 2007--terbaru dari rangkaian konflik 19 tahun di Somalia-- menewaskan sekitar 18.000 warga sipil dan ribuan gerilyawan.
Konflik itu mengundang para pejuang asing ke Somalia, yang memungkinkan berkembangnya perompakan di lepas pantai dan seluruh wilayah itu yang tidak terselesaikan, dengan tetangga-tetangga Afrika Timur melakukan siaga tinggi keamanan.
Di Mogadishu tempat Al Shabaab memerangi pasukan pemerintah presiden Ahmed, tiga orang tewas Ahad ketika sebuah bom yang dikendalikan dari jarak jauh yang ditujukan ke sebuah mobil polisi menghantam sebuah kendaraan sipil.
"Mobil polisi dikemudikan dalam kecepatan tinggi dan bom itu gagal mengenai kendaraan itu dan kemudian menghantam sebuah mobil sipil yang berada di belakang mobil polisi itu," kata saksi mata Abdullahi Farah Nor kepada Reuters.
Para pria bersenjata di ibukota itu juga menembak mati Mukhtar Mohamed Hirabe, direktur stasisun radio swasta Shabella dan mencederai seorang rekannya.
"Mereka menembaki direktur itu di kepala dan meninggal di tempat," kata seorang saksi mata kepada Reuters,
Hirabe ,48 tahun adalah wartawan kelima yang tewas tahun ini di Somalia, salah satu dari tempat-tempat paling berbahaya di dunia bagi para wartawan untuk beroperasi.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009