Tiga mayat diangkat dari perairan 1.000 kilometer di lepas pantai timurlaut Brasil dan operasi dilakukan dalam cuaca yang tidak menguntungkan untuk menemukan mayat lain yang terlihat mengapung di antara kursi dan puing-puing lain pesawat tersebut, kata sejumlah pejabat militer Brasil.
Ketiga mayat itu ditemukan setelah penemuan dua mayat pertama Sabtu dari musibah Air France penerbangan AF 447, yang jatuh pada 1 Juni dengan 228 orang di dalamnya. Pesawat itu meninggalkan Rio de Janeiro menuju Paris sepekan lalu, pada 31 Mei.
Jenis kelamin ketiga mayat yang baru ditemukan itu belum bisa dipastikan, kata seorang jurubicara Angkatan Udara Brasil, Letkol Henry Munhoz, yang mengisyaratkan betapa buruk kondisi jasad para korban itu setelah tujuh hari berada di perairan.
"Keadaan mereka tidak akan diumumkan karena itu bukan untuk kepentingan umum," katanya.
Sebuah frigat angkatan laut akan mengangkut mayat dan barang yang ditemukan Sabtu, termasuk sebuah kursi Air France, sebuah tas dengan tiket Air France dan sebuah ransel, ke pelabuhan terdekat Fernando de Noronha, kepulauan Brasil sekitar 400 kilometer di lepas pantai.
Kapal itu diperkirakan tiba pada Senin. Dari sana, jasad korban akan diterbangkan ke kota daratan Refife, dimana operasi pencarian dikoordinasikan dan sebuah kamar mayat dipersiapkan untuk mengidentifikasi jasad melalui pengujian DNA.
Munhoz mengatakan, "sekitar 100 obyek" ditemukan di lokasi kecelakaan, termasuk kursi-kursi lain dengan logo Air France dan masker oksigen. Namun, prioritasnya adalah penemuan mayat.
Kotak-kotak hitam pesawat itu hingga kini belum ditemukan.
Dua kapal selam Perancis, salah satunya yang menyelidiki bangkai kapal Titanic dan satu lagi kapal militer bertenaga nuklir, sedang dalam perjalanan untuk mencari kotak-kotak hitam itu, yang akan berhenti mengirim sinyal lokasi mereka dalam waktu tiga pekan.
Dengan petunjuk-petunjuk yang masih belum terkumpul mengenai kecelakaan itu, spekulasi kini terpusat pada monitor kecepatan pesawat.
Jet yang nahas itu mengirim rangkaian 24 pesan salah otomatis ketika sistemnya mati satu per satu dalam menit-menit terakhir, dan penyelidik Perancis mengatakan bahwa kokpit menerima data kecepatan yang simpang-siur.
Setelah kecelakaan tersebut, perusahaan Airbus yang membuat pesawat itu memperingatkan para pilot agar meninjau prosedur mereka dalam menangani masalah ini.
Air France mengatakan, Sabtu, mereka telah mempercepat rencana yang dimulai pada 27 April untuk mengganti unit-unit monitor dalam pesawat mereka setelah mengetahui permasalahan informasi kecepatan udara pada pesawat-pesawat Airbus A330 dan A340 sejak Mei tahun lalu.
Menteri Perhubungan Perancis Dominique Bussereau mengatakan, masih terlalu dini bagi penyelidik untuk mengatakan apa penyebab paling mungkin dari kecelakaan itu, namun mengkonfirmasi bahwa jet-jet Airbus mengalami masalah dengan monitor kecepatan.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009