Yogyakarta (ANTARA News) - Kesenian adalah bahasa universal untuk saling mengenal dan memahami pluralitas budaya, karena kesenian tidak mengenal sekat pemisah, baik suku, golongan maupun agama.
"Oleh karena itu, Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) 2009 mengambil tema sentral `golong gilig`," kata Ketua FKY 2009 Kuswarsantyo di sela pembukaan kegiatan itu di halaman Stadion Mandala Krida Yogyakarta, Minggu.
Makna dari tema itu, menurut dia, dapat ditafsirkan bahwa hendaknya masyarakat tetap harus mengedepankan persatuan dalam berkesenian untuk mencapai tujuan tertentu.
"Semangat bersatu itulah yang kami jadikan pijakan untuk menentukan tema FKY 2009, yakni `golong gilig`," katanya.
"Golong gilig" adalah spirit yang pernah dijadikan pegangan untuk menggelorakan semangat perjuangan masyarakat Yogyakarta ketika Pangeran Mangkubumi melawan penjajah Belanda setelah Perjanjian Giyanti pada 1755.
Ia mengatakan, tahun ini FKY digelar di antara dua pemilu, yakni pemilu legislatif dan pemilu presiden, sehingga kegiatan seni itu dapat dijadikan ajang untuk hiburan, penyegaran, dan terapi untuk masyarakat.
"FKY tahun ini juga tidak seperti biasanya, karena hanya berlangsung 23 hari, mulai 7-30 Juni 2009. Biasanya FKY digelar selama 30 hari," katanya.
Perubahan jadwal pelaksanaan FKY itu terpaksa dilakukan karena mulai 1 Juli 2009 dilarang mengadakan kegiatan yang mengundang massa hingga pemilu presiden selesai.
Ia mengatakan, tahun ini FKY didominasi potensi lokal, namun bukan berarti kualitas FKY menurun. "Kami berasumsi bahwa dengan potensi lokal pun FKY dapat menginternasional," katanya.
Menurut dia, ada beberapa cabang seni yang tampaknya dapat menarik perhatian masyarakat karena keunikannya. Inilah yang sedang dioptimalkan sebagai ikon baru kesenian Yogyakarta yang dapat "go public".
Beberapa cabang seni itu antara lain gamelan anak dan wayang damen. Keduanya unik dan menarik sebagai sarana edukasi bagi anak-anak.
"Selain itu, festival gandrung kethoprak, yang dalam sejarah FKY belum pernah ada, sehingga diprediksikan akan menarik minat penggila kethoprak, baik di Yogyakarta maupun daerah sekitar," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009