Temuan pertama itu - dibawa ke semanjung Fernando de Norohan, tempat paling dekat yang dihuni dari zona semua temuan itu, untuk pemeriksaan awal oleh polisi forensik Brazil.
Dari sana, semua temuan tersebut akan diterbangkan ke kota Recife di daratan utama untuk analisis lebih lanjut oleh para pejabat Prancis sehingga mengarah kepada penyelidikan mengenai apa yang menyebabkan pesawat Air France dengan Nomor Penerbangan 447 jatuh pada 1 Juni.
Sanak keluarga orang yang berada di dalam pesawat Air France sudah memberikan contoh DNA guna membantu identifikasi orang-orang yang mereka cintai.
Kendati kotak hitam yang berisi data penting mengenai detik terakhir pesawat itu belum ditemukan, dugaan awal dipusatkan pada kemungkinan tak berfungsinya sensor kecepatan Airbus A330 saat pesawat tersebut terbang memasuki badai dahsyat.
Para penyelidik Prancis, Sabtu, mengatakan pesawat itu, empat jam setelah terbang dari Rio de Janeiro menuju Paris, menghadapi banyak gangguan system pada detik terakhir dan pemantau kecepatannya telah gagal berfungsi pada pesawat lain Airbus.
Airbus, Jumat, mengeluarkan pemberitahuan yang mendesak semua pilot pesawat jetnya agar mengkaji peringatan 2001 mengenai prosedur yang harus diikuti jika penunjuk kecepatan memberi catatan yang bertentangan dan memaksa pilot otomatis diputus.
Kapal selam Prancis sedang dalam perjalanan guna membantu pencarian kotak hitam, sementara para ahli mengkaji secara teliti pecahan pesawat yang sejauh ini ditemukan untuk mencari petunjuk.
"Kami menkonfirmasi temuan dari perairan pecahan dan mayat dari pesawat Air France," kata Kolonel Jorge Amaral kepada wartawan di kota Ecife di bagian timur-laut Brazi.
Ia mengatakan kedua mayat itu, yang pertama ditemukan dari pesawat yang jatuh tersebut, adalah mayat pria.
Satu kursi biru pesawat, satu tas punggung nilon yang berisi computer dan kartu vaksinasi, dan satu tas kulit dengan tiket Air France di dalamnya adalah benda pertama yang diangkat dari laut, kata Amaral dan satu pernyataan resmi.
Semua benda itu ditemukan 450 kilometer di sebelah timur-laut kepulauan Fernando de Noronha, yang berada 370 kilometer dari daratan utama.
Tempat pastinya ialah 70 kilometer di sebelah timur-laut tempat komunikasi terakhir dengan pesawat tersebut, serangkaian pesan yang dikirim secara otomatis yang menunjukkan matinya semua sistem di pesawat.
Air France sedang busaha mengkonfirmasi bahwa kursi yang ditemukan memang berasal dari pesawatnya dengan memeriksa rangkaian angka, yang diberikan Amaral yaitu 23701103B331-0.
Para penyelidik Prancis mengatakan pesawat milik perusahaan penerbangan Air France mengirim 24 pesan gangguan beberapa saat sebelum kecelakaan, dan pilot otomatisnya diputuskan tak lama sebelum pesan yang memperlihatkan catatan kecepatan yang berbeda yang diberikan oleh sensor.
Pemimpin lembaga penyelidikan udara BEA Prancis, Paul-Louis Arslanian, mengkonfirmasi kepada wartawan di Paris bahwa pesawat jet yang jatuh itu mengalami masalah dalam menghitung kecepatannya dan pesawat jet lain Airbus telah melaporkan masalah yang sama.
"Ada program penggantian, perbaikan," katanya.
Ia menambahkan pesawat yang belum mengganti pemantau kecepatannya bukan berarti menghadapi bahaya, dan dalam kasus lain pilot telah mengambil-alih kendali.
Arslanian mengatakan tak mungkin menjelaskan dari semua tanda itu apakah awak pesawat yang naas tersebut telah mematikan pilot otomatis atau apakah itu mati sendiri.
Ia juga mengatakan badai yang dihadapi pesawat tidak luar biasa.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009